Lihat ke Halaman Asli

Desy Pangapuli

Be grateful and cheerful

Jangan Mundur, Reshuffle Kabinet Itu Harus dan Ini Alasannya!

Diperbarui: 10 Juli 2020   23:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: tribunnews.com

Kejengkelan Presiden Jokowi dengan kinerja para menterinya ditengah ganasnya pandemi Covid jelas sangat bisa dimaklumi.  Bahkan tanpa Covid pun sebelumnya kinerja para menteri Jokowi cenderung mengenaskan. 

 Tidak ada gebrakan yang berarti untuk rakyat Indonesia.  Justru lebih merusak apa yang sudah baik.  Bertambah ngawur saat Covid membutuhkan orang-orang yang mampu kerja dan tanggap.  Disinilah Covid menelanjangi ketidakmampuan kinerja Kabinet Indonesia Maju.  Tidak heran Jokowi menunjukkan kekecewaannya dalam rapat kabinet yang digelar 18 Juni lalu.

"Bisa saja membubarkan lembaga, bisa saja reshuffle, sudah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi, kalau memang diperlukan," kata Jokowi saat itu.

Fakta di depan mata tercatat kasus positif Covid-19 di Indonesia semakin bertambah.  Tercatat per Kamis 9 Juli lalu terjadi penambahan 2.657 kasus positif Covid-19.  Ngeri, karena inilah lonjakan tertinggi sejak kasus pertama Covid-19 diumumkan pada 2 Maret 2020.

Harusnya ini diantisipasi oleh para menteri.  Harus ada kepekaan dan tidak membiarkan lonjakan ini terus terjadi.  Bersikap seolah tidak terjadi apa-apa karena cuti Work From Home?  Duh, itu konyol sekali, karena Covid tidak mengenal cuti!

Ini sama konyolnya dengan para menteri Jokowi yang mendadak berpikir keras seolah sudah ambil bagian mengurangi beban pandemi Covid.  Tetapi faktanya, mereka ini melawak, setidaknya begitulah opini penulis.  Inilah beberapa menteri "lucu" yang menjadi alasan reshuffle kabinet itu keharusan:

Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Kecewa berat karena ditengah isu PPDB DKI, Mas Menteri adem ayem.  Padahal dampak Covid sudah sebuah pukulan berat.  Mengerti ini kebijakan Pemprov DKI yang ngelantur.  

Tetapi, dimana suara Menteri Pendidikan ketika ribuan pelajar Jakarta menjadi korban kekacauan kebijakan duet Gubernur dan Disdik DKI?  Apakah dengan mengatakan di media sosial, saya kecewa lalu semua berakhir dengan happy ending.  Bagaimana nasib anak-anak ini sekarang, adakah yang peduli?  

Serupa tapi tak sama, demikian juga dengan rencana Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) nanti.  Apakah sudah terpikirkan oleh Mas Menteri mengenai kuota, akses internet, fasilitas dan kualitas pendidikannya nanti.  

Benar, ini dikarenakan Covid, tetapi faktanya, kondisi di lapangan tidak seindah yang ada di angan-angan Mas Menteri.  Harus ada trobosan yang memudahkan setiap anak, termasuk juga para pengajarnya nanti mas!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline