Lihat ke Halaman Asli

KL Nai 01: Mencari Kunti?

Diperbarui: 20 September 2017   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senang hatiku mendapat undangan dari seorang sahabat lama. Apalagi sahabatku itu tinggal di Kalimantan, yang jaraknya 3 jam naik pesawat dari Bandara Soetta. Tahun 2003, temanku itu, Ramli Donaldson, yang sebelumnya bermain saham di sekuritas DR, mengalami kerugian akibat jatuhnya indeks setelah peristiwa 911 dan Bom Bali, memindahkan sisa dananya ke bisnis yang menurutnya lebih real, membeli lahan sawit di Kalimantan.

Aku bahkan tidak tahu kapan ia pindah dan  di bagian mana Pulau Kalimantan yang merupakan tempat ia menjatuhkan pilihan berinvestasi. Tiba tiba, seminggu yang lalu, ia menelponku, menanyakan kabarku. Setelah melalui basa-basi yang lumayan panjang, ia mengundangku  ke rumahnya.

Mulanya aku menolak karena enggan meninggalkan sarangku yang nyaman. Tapi ia membujuk terus, mengatakan seluruh perjalananku akan dibiayai olehnya. Selama di Kalimantan aku boleh tinggal gratis di rumahnya. Dia akan mengantarku mengunjungi tempat tempat indah di Kalimantan, dan jika aku berhasil membantunya memecahkan persoalannya, ia berjanji akan membalas jasaku dengan nilai yang menggiurkan.

Dalam hati aku berpikir, apa persoalannya? Apakah ia salah berinvestasi lagi dan ingin meminta pendapatku tentang investasi yang lebih menguntungkan? Karena ia mendesak terus, akhirnya aku setuju. Aku meminta Rajit mengurus bisnisku selama aku pergi. Bisnisku tidak bergengsi, hanya sebuah warnet kecil dengan 20 kompi (entah kenapa pelangganku menyebut komputer dengan kompi, aku jadi ikutan menyebut kompi) yang terletak di Ruko depan komplekku. Aku tinggal di Komplek Wahana Harapan, Blok D4- 96, perumahan yang tidak bergengsi. Aku sudah tinggal disana sejak millenium baru bermula. Rumahnya tipe 36, dua kamar tidur, ruang tamu yang lumayan lega, garasi yang sempit pas untuk Avanza, dapur yang kecil, dan di belakang tersisa tanah kosong 5 x 5 M.

Aku hidup melajang. Di rumahku tinggal  seorang keponakan yang menumpang karena kuliah, namanya Davos. Davos sudah 3 tahun tinggal bersamaku. Aku enggan menyuruhnya menjaga warnet, soalnya kalau dia yang jaga, dan klien yang datang  bergender cewe, dia sering mematikan billing untuk membuat cewe-cewe itu terkesan. Menurutku itu cara menarik perhatian yang agak gila. Lebih baik kuserahkan kekuasaanku kepada Rajit. Rajit bukan saudaraku. Kami hanya kenal baik karena tinggal di komplek yang sama, istrinya bekerja sedangkan ia pengangguran.

So, hari ini aku berangkat naik Kalstar, dan mendarat di Bandara S di Kalimantan dengan selamat. Begitu aku keluar dari ruang pengambilan bagasi, aku disambut senyum ramah Ramli Donaldson yang sekarang berkumis lebat dan ubannya sudah banyak.

" Wah, kamu tidak berubah sedikitpun. Wajahmu masih seperti saat kita di D  berteriak saling berebut telpon untuk menentukan siapa lebih cepat menjual atau membeli. Jo ! Selamat datang di pulau terbesar di Indonesia !"  seru Ramli heboh.

" Usia 30 belum menikah membuatku sering dipanggil Jokar, alias Jomblo Karatan, kamu bohong kalau wajahku masih seperti 5 tahun yang lalu." Bantahku.

" Kamu masih mengaku 30 ? Emang ada yang percaya ?" sindir Ramli.

" Mau percaya atau tidak terserah mereka, umur bukanlah sesuatu yang harus diucapkan secara jujur kecuali ditanya oleh petugas kantor lurah saat kita mengurus ktp. Wah... kamu hebat sekarang. Kumis dipelihara, dulu dicukur plontos. Udah jadi bos sawit semakin keren aja," Pujiku tulus. Ramli dengan kumis lebat semakin mirip Selamat Raharjo saat masih muda.  Kalau tanpa kumis mirip Aming di tahun 2001.

"Ada-ada saja, "Komenter Ramli pendek, mengajakku ke mobilnya yang parkir di depan bandara, sebuah sedan yang nyaman. Aku menaruh tasku di bagasi dan duduk di belakang bersama Ramli. Sopir langsung tancap begitu kami duduk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline