Lihat ke Halaman Asli

Dawet Ringin Bikin Tambah Pingin

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1340269255650236626

Setelah hampir satu tahun tidak pulang ke rumah mertua di Jogja (atau Yogya ya??), akhirnya kami kesampaian juga bisa pulang.

Semalaman saya harus mengemudi mobil sambil terkantuk kantuk semenjak dari Jombang hingga Sragentina mengikuti iringan truk bermuatan penuh yang berjalan bak siput. Bagi saya lebih baik mengemudi dengan kecepatan tinggi karena harus membutuhkan konsentrasi yang tinggi sehingga terhindar dari rasa kantuk daripada harus mengikuti iring-iringan truk yang berjalan super pelan seakan menikmati musik keroncong di kursi goyang dengan iringan angin yang sepoi sepoi.

Akhirnya setelah berangkat dari Surabaya pukul 11 malam, tiba juga kami sekeluarga di Jogja pukul 7 pagi, setelah sebelumnya mampir dulu untuk mengisi perut dengan menu nasi liwet hangat dan lauk telur pindang serta rempela ati di pinggir jalan dekat pertigaan Kartasura.

Setelah melepaskan penat karena semalaman harus berlatih kesabaran mengemudi di belakang truk truk yang berjalan bak putri Solo, saya diajak istri ke penjual dawet favoritny. Tentu saja saya ingin menolaknya karena meski hari sudah siang tapi mendung dan angin dingin masih setia menggelayuti langit Jogja, meski musim harusnya sudah berganti panas, sehingga agak aneh dalam udara yang dingin kok malah diajak minum es dawet, bisa bisa badan yang penat ini malah meriang gembira dan menarikan tarian kejang.

Tapi biasalah, namanya Suami Setia (SEring Takut Istri Aja) akhirnya dengan kerelaan penuh, meski harus dipaksa, saya antar istri ke penjual dawet favoritnya.

Penjual dawet favorit istri ini menetap berjualan di bawah pohon beringin tua, yang saking tuanya hingga janggutnya (beringin bukan penjual dawetnya) berumbai menyentuh tanah. Namanya pak Bardi, orang sering menyebut dagangannya Dawet Ringin. Letak Dawet Ringin ini berda di pertigaan Grenjeng, Purwomartani, Sleman Jogjakarta.

Jam di arloji sudah menunjukkan pukul 1 siang, dan entah kenapa keberuntungan ada di istri saya, karena dawet kesukaannya masih ada, padahal kalau kami kesana pukul 1 siang, dagangan dawet pasti sudah habis tuntas.

Dugaan saya mungkin karena cuaca masih dingin sehingga banyak orang enggan minum es dawet, yang lebih sah diminum saat musim panas dan saya pun dalam hati menyalahkan istri yang sudah menyesatkan saya untuk minum es di cuaca dingin.

Tapi dugaan saya salah, ternyata kami adalah pembeli hampir terakhir yang membeli dawet tersebut (karena setelah kami masih ada 3 pembeli lagi, dan pembeli ke 5 harus pulang dengan mengemut jempol tangan).

[caption id="attachment_183840" align="alignnone" width="480" caption="Dawet Ringin P Bardi (dok. pribadi)"][/caption]

Sebenarnya dawet yang dijual serupa dengan dawet-dawet lainnya. Berupa satu gelas air santan dan disiram dengan lelehan gula merah kemudian di tabur dengan bulir-bulir dawet yang berasal dari tepung beras, lalu diberi es batu secukupnya. Tetapi Dawet Ringin pak Bardi ini lebih kental baik gula merah maupun santannya, sehingga rasa gurih dan manis nya bercampur di tenggorokan. Ternyata es batu yang di tambahkan berfungsi untuk menetralisir kekentalan santan dan gula merahnya. Belum lagi bulir bulir dawetnya serasa lembut di lidah.

[caption id="attachment_183841" align="alignnone" width="640" caption="Istri menikmati dawet favoritnya (dok. pribadi)"]

13402693671272632624

[/caption]

Kejutan rasa dawet tidak berhenti di situ, sang penjual menawarkan ketan putih kepada kami, tentu saja kami penasaran dengan tawaran tersebut, sehingga ketan putih yang dibungkus dengan daun pisang itu ikut bergabung dalam gelas dawet kami. Dan ternyata rasa manis dan gurih yang sebelumnya ada di gelas dawet kami bertambah menjadi rasa asam manis yang timbul dari ketan fermentasi tersebut. Belum lagi efeknya yang hangat di perut ternyata pas sekali di cuaca yang dingin.

Akhirnya pada saat pulang saya tersenyum pada istri dan mengucapkan maaf, tentu saja disambut dengan tatapan bingung istri.

Ternyata intuisi wanita memang teruji peka dan tidak salah kalau berkaitan dengan makanan, mungkin sudah genetik kaum perempuan ya..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline