Lihat ke Halaman Asli

Ikwan Setiawan

TERVERIFIKASI

Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Gunungan, Kekuatan Kultural, dan Seruan Ekologis dari Lojejer Jember

Diperbarui: 3 Agustus 2022   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warga menunggu pembagian hasil bumi dari gunungan di Lojejer Jember. Dok. penulis

Selama ini kita mengenal gunungan sebagai bagian dari ritual Grebeg Muludan, Syawalan, dan Besar di keraton Yogykarta. Hasil bumi dan makanan yang disusun menyerupai gunung ini tidak bisa dipisahkan dari ritual grebeg. 

Ketenarannya menyebabkan banyak komunitas di tempat lain meniru dan menyelenggarakan acara serupa. Tentu itu tidak perlu dipersoalkan karena ekspresi budaya yang baik dan menarik biasanya dengan cepat akan menyebar dan ditiru oleh komunitas lain, meskipun mereka bukan bagian dari keraton ataupun tradisi besar istana.

Dalam tradisi grebeg keraton, gunungan merupakan bagian yang paling ditunggu warga masyarakat. Hasil bumi dan makanan yang disusun menjadi bentuk gunung ditunggu karena menyimbolkan kemakmuran dan kesejahteraan keluarga keraton yang hendak dibagikan kepada masyarakat. 

Menjadi wajar kalau banyak di antara mereka yang percaya bahwa siapa yang mendapatkan hasil bumi dari gunungan akan mendapatkan kebaikan dalam kehidupan. Misalnya, hasil pertanian bisa bagus, hewan ternak sehat, pekerjaan lancar, dan yang lain. 

Tiga gunungan yang disiapkan dalam arak-arakan di Lojejer Jember. Dok. Poponk

Apakah itu salah? Tidak perlu mencari salah dan benar, karena masing-masing memiliki keyakinan dan budaya yang lahir dari proses sejarah panjang serta melibatkan bermacam faktor. 

Bagi warga Yogya yang biasa dengan tradisi keraton yang menempatkan Sultan sebagai sosok pemimpin dan panutan, memosisikan benda atau sesuatu yang berasal dari istana sebagai sumber manfaat merupakan sesuatu yang wajar. Namun, bagi warga Yogya yang memiliki keyakinan dan budaya berbeda, atraksi gunungan tentu menarik sebagai tontonan dan destinasi wisata.

Bagaimana dengan ritual gunungan yang diselenggarakan warga dari kawasan yang jauh dari istana? Warga yang berasal dari komunitas Jawa, meskipun jauh dari keraton, seperti Jawa Timur, tetap menghubungkan gunungan yang mereka buat dan perebutkan dengan makna-makna ideal terkait keberkahan, kebaikan, dan manfaat. 

Warga mengerumuni gunungan di Lojejer Jember. Dok. Poponk

Biasanya ditambahkan makna terkait ekspresi syukur kepada Tuhan Yang Mahasesa. Selain itu, mereka masih mengambil makna kosmologis gunung yang memberikan banyak hal bagi kehidupan manusia, meskipun juga memberikan bencana. Selain itu, gunungan juga melambangkan keyakinan religi tentang begitu tingginya kuasa Tuhan Yang Mahakuasa bagi kehidupan manusia.

KEKUATAN KULTURAL

Makna-makna ideal itulah yang masih diyakini oleh Pemerintah Desa (Pemdes) dan warga desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jawa Timur, ketika menggelar "Arak-arakan Gunungan" sebagai bagian dari even Krida Sinatria Bhumi Watangan, 25/06/22. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline