Lihat ke Halaman Asli

Dian Savitri

Seorang pengajar dan perantau

Maaf, Sayang

Diperbarui: 17 September 2019   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://cantik.tempo.co/read/1095142/6-sebab-ibu-mengalami-depresi-setelah-melahirkan 

Baru tiga bulan Dena menjadi seorang ibu. Seorang putri kecil yang dinanti selama sembilan bulan lahir juga ke dunia. Detik itu juga ia mulai membiasakan diri hidup berdua dengan bayi mungilnya. Ya, dia bekerja di kota lain dan ditugaskan di sana sampai waktu yang tidak bisa ditentukan.  

Kebahagiaan yang ia dambakan selepas melahirkan nyatanya cuma angan belaka. Hampir setiap hari stres mendera ibu muda itu. Pasca melahirkan ia melawan masalah ASI yang tak kunjung ada. Di hari ketiga, si bayi mulai menangis kencang, meminta perutnya diisi. Dena didesak orang tuanya untuk memberikan saja susu formula.

"Kasihan anakmu, kasih aja susu formula. Sembari menunggu ASI yang belum keluar," begitu kata ibu Dena.

"Tapi, bu, saya pengen si dedek minum full ASI," kataku menyanggah.

"Ah, gak liat apa anakmu nangis kenceng gitu. Nurut aja, nanti ibu belikan susunya".

Tekanan demi tekanan muncul di hari-hari selanjutnya. Setelah ASI yang akhirnya keluar, Dena harus puas dengan omelan ayahnya yang protes akan perilaku suaminya. Memang, pasca melahirkan suami Dena mendapat cuti selama dua minggu.

"Itu gimana sih suami kamu. Kerjaannya tidur mulu. Gak bantuin istri ngurus anak".

Omelan ayahnya sudah mirip sarapan yang harus ditelan Dena setiap hari. Ia pun tak habis pikir terhadap sikap suaminya yang cuek. Tak sekalipun ia melihat kesusahan istrinya yang masih melawan rasa sakit jahitan sehabis melahirkan. Begadang tiap malam menyusui si bayi dan paginya masih merendam popok yang basah terkena ompol.

Di tengah stres yang melanda, Dena masih bersyukur tidak melakukan tindakan melewati batas. Akhir-akhir ini kerapkali muncul berita seorang ibu melukai anaknya dan parahnya lagi membunuh si bayi karena merasa sendiri.

Ya, rasa tertekan yang  melanda sebagian besar ibu muda muncul karena merasa sendiri mengurus bayi. Tidak ada keterlibatan orang lain, khususnya suami yang secara sukarela berbagi beban.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline