Lihat ke Halaman Asli

Dayu Rifanto

@dayrifanto | Menulis, membaca dan menggerakkan.

Mengenal Papua dan Mendukung Kearifan Lokal Melalui Bacaan Anak

Diperbarui: 29 Januari 2022   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto rumah honai laki-laki, sumber : Rosmaida Sinaga dalam buku "Papua Dalam Arus Sejarah Bangsa"

Mengenal Papua Melalui Bacaan Anak.

Oleh Dayu Rifanto.

 

“Saya tersentak melihat rumah honai di pinggir pantai, pada ilustrasi buku bacaan anak berlatar Papua yang saya baca”

Menggalang donasi buku, dan mengirimkannya berbagai taman baca di Papua, telah saya lakukan sejak 2012. Hal ini membuat saya jatuh cinta pada buku bacaan anak berlatar Papua, khususnya. Saya memandang buku sebagai sebuah pintu masuk, media dialog, perjumpaan, perkenalan dan pertukaran ide serta pandangan tentang Papua. Sayangnya saya menemukan hal mengejutkan pada buku bacaan anak berlatar Papua. Antara lain minimnya judul buku bacaan anak berlatar Papua, permasalahan penggambaran budaya Papua pada beberapa buku, juga kurangnya penulis bacaan anak yang berasal dari Papua.

Pada awal tahun 2015, seorang kawan memberi pertanyaan reflektif yang menarik sekaligus menohok. “Bagaimana, buku – buku anak yang dikirim apakah ada yang kontekstual dengan lingkungan di Papua?” tanya kawan saya itu. Tentu saja, jawabannya telah jadi rahasia umum. Begitu sedikit buku bacaan anak berlatar Papua yang terkumpul dan ikut dikirim.

Minimnya Buku Bacaan Anak Papua

Memang tak mudah mencari buku bacaan anak berlatar Papua di toko buku atau pasar perbukuan, pada tahun 2012 – 2014. Dalam proses pencarian, saya menemukan bahwa bacaan anak berlatar Papua yang bisa ditemukan, banyak yang diterbitkan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah, ataupun yang digagas oleh NGO baik asing maupun lokal.

Sebagai contoh buku “Kisah Nuri dan Kakatua”adalah buku yang diterbitkan dari kerjasama pemerintah Provinsi Papua, Papua Barat, Dinas Pendidikan Provinsi, serta Sekolah Tinggi Seni Papua dan Australian Aid serta Unicef.

Contoh lain, misalnya buku yang diterbitkan Universitas Papua “Fabel Suku Irires”, atau misalnya buku – buku bacaan yang dibuat oleh Summer Institute of Linguistics (SIL) Jayapura yang bekerja sama dengan pemerintah daerah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline