Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Superhuman Artificial Intellegence Masih Debatable Karena Bagai Ilusi

Diperbarui: 25 Februari 2023   23:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Foto: bing.Com 

Kecerdasan Buatan (artificial intellegence) menjadi topik pembicaraan hangat karena platform digital ini berkembang sangat pesat, dan merupakan teknologi yang didesain membantu meringankan pekerjaan manusia, bahkan dapat menggantikan posisi manusia.

Jika sudah sampai pada fase SUPERHUMAN ARTIFICIAL INTELLEGENCE, teknologi canggih ini akan mengancam keberadaan manusia sebagai penciftanya, tak ubahnya bagaikan seorang anak membunuh tuannya sendiri.

Menarik enyelusuri sejarah dan trend perkembangan artificial intellegence ini.

Penggunaan teknologi kecerdasan buatan bukan lagi hanya sekedar bahan penelitian belaka, tetapi semakin banyak ditemukan dan diterapkan dalam kehidupan manusia dewasa ini. 

Sehingga teknologi artificial intellegence diperkirakan sebagai teknologi utama dan kunci penting dalam aktivitas umat manusia saat ini dan di masa depan.

Kemunculan artificial intellegenci tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran komputer sekitar tahun 1940-an, dimana pada tahap awal kemunculannya  komputer ditujukan untuk mengerjakan sesuatu yang bisa membantu pekerjaan manusia. 

Ide meningkatkan kemampuan komputer agar memiliki kemampuan atau kecerdasan menyerupai manusia kemudian muncul tahun 1943 oleh Mc Pulloh dan Pitt dengan mengusulkan model matematis bernama perceptron menyerupai neutron dalam otak manusia, neuron tersebut akan bereaksi dan belajar sesuai dengan input yang diberikan.

Kemudian Tahun 1950 muncul pertanyaan apakah computer bisa memiliki kemampuan persis seperti manusia.

Rasa penasaran itu lewat paper Alan Turin dicoba dijawab bahwa computer akan memiliki kemampuan kecerdasan seperti manusia apabila computer mampu berperilaku sama seperti manusia, dan computer dianggap cerdas bila memiliki kemampuan seperti manusia.

Pada tahun 1955 Newel dan Simon kemudian mengembangkan The Logic Theorist yang menggambarkan bahwa sebuah persoalan tidak ubahnya bagai sebuah pohon, sedangkan untuk menyelesaikan maslah itu berupa cabang sebagai jawaban terhadap persoalan tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline