Lihat ke Halaman Asli

Daud Ginting

TERVERIFIKASI

Wiraswasta

Ziarah Makna Resolusi

Diperbarui: 1 Januari 2023   11:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Courtesy : koinworks.com/blog/resolusi-2023

Kosa kata "Resolusi"  tidak asing lagi bagi sebagian besar kalangan, bahkan karena terlalu sering dikemukakan justru mengalami degradasi makna dan arti pentingnya.

Setiap akhir tahun menyongsong tahun baru, resolusi sering dikemukakan secara individu maupun secara institusi sebagai  pertanda hasrat melakukan sesuatu yang berbeda dari masa sebelumnya, dan sebagai jalan keluar mencapai sesuatu yang baru dan lebih baik.

Ritual seperti ini layak dan pantas dilakukan sebagai sebuah niat melakukan proses perubahan.

Meraih sesuatu yang lebih baik, maupun memetik target yang lebih tinggi tidak bisa dilakukan dengan cara yang lama, tetapi harus dilakukan dengan cara baru dan lebih baik.

Perubahan itu dilakukan dengan meninggalkan pengalaman buruk atau cara lama, karena tidak mungkin mencapai sesuatu yang baru dengan cara yang sama. Hal ini semakin penting dilakukan untuk tidak mengulang kegagalan sebelumnya.

Ada adagium berbunyi "Seekor keledai pun tidak akan mau terjerumus ke dalam lobang yang sama untuk kedua kalinya". Artinya, ada muncul kesadaran arti penting mengganti cara lama dengan yang baru agar tidak terulang kegagalan sebelumnya.

Itulah esensi penting tersirat dalam kata resolusi,tanpa melakukan differensiasi dan berpikir out of box maka resolusi justru bukan merupakan solusi,bukan jalan keluar masalah tetapi sebaliknya justru jadi sumber masalah.

Perubahan dilakukan tidak cukup dengan cara merubah tindakan lama jadi tindakan baru. Karena tindakan dipengaruhi oleh kerangka berpikir (Frame of Thinking), dan tindakan adalah produk cara berpikir seseorang.

Oleh karena itu, jika ingin meraih sesuatu yang baru hanya memungkinkan tercapai bila dilakukan dengan cara merubah tindakan. Perubahan tindakan hanya dapat terjadi bila dilakukan perubahan kerangka berpikir terlebih dahulu.

Namun perubahan kerangka berpikir bukan merupakan pekerjaan mudah dilakukan karena cara berpikir seseorang berkaitan dengan keyakinan yang dianut dan dianggap sebagai suatu kebenaran tak terbantahkan. Orang yang menganut suatu keyakinan pada umumnya akan selalu memeluknya dengan teguh dan susah menerima hal baru diluar keyakinanya.

Sehingga ada yang berpendapat, perubahan keyakinan pada diri seseorang hanya dapat terjadi lewat upaya pemaksaan atau pengalaman traumatis. Proses seperti ini sudah barang tentu mengandung unsur menyakitkan dan tersiksa. Sesuatu yang menyakitkan lajimnya tidak dikendaki oleh siapapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline