Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Museum Basra Dibuka Seusai Perang

Diperbarui: 1 April 2019   20:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Museum Basara di Basra, Irak, telah dibuka pekan lalu. Ini memperlihatkan bahwa situasi di Irak sudah begitu aman. Rencana Negara Islam di Irak pun sudah beberapa bulan yang lalu digagagalkan dan gerilyawannya dipaksa untuk menyerah. Masyarakat Irak sekarang sudah bisa kembali melihat peninggalan atau artefak-artefak di masa Babylonia, Sumerian dan Assyria.

Basra memiliki peranan penting dalam sejarah awal agama Islam. Pada awalnya, Basra dijadikan markas tentara umat Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Namun pada perkembangan selanjutnya, kota itu menjadi pusat ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan perdagangan yang ramai. 

Basra juga tempat berbaurnya kebudayaan Persia dan Arab. Saat ini mayoritas penduduknya adalah Syiah meskipun terdapat pula penduduk Sunni dan Kristen dalam jumlah yang lebih kecil. 

Kota Basra ini, kota terbesar kedua setelah ibu kota Irak, Baghdad. Didirikan pada tahun 636, Basra kadang dijuluki sebagai "Venezia Timur Tengah" karena adanya sejumlah terusan yang melintasi kota ini.

Sebuah bandar udara internasional, yaitu Bandara Internasional Basra, melayani penerbangan dari kota ini.

Irak memang memiliki peradaban tertinggi di dunia. Tulisan pertama berasal dari sini, demikian pula Kitab Undang-Undang Bangsa Sumeria, Akkadia, Babylonia, dan Assyria.

Semuanya membangun peradaban mereka di negeri ini. Barang-barang purbakala itu, dulunya tersimpan di Museum Baghdad yang dengan 28 galerinya merupakan museum terbesar di Timur Tengah. Tetapi sekarang setelah Baghdad dan beberapa kota di Irak lainnya diserang pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya, benda-benda di Museum Baghdad itu masih utuh. Atau sekarang sudah dipindahkan ke Museum Basra?

Barang-barang peninggalan di Museum Baghdad itu dulunya meliputi jangka waktu 100.000 tahun sampai ke Zaman Islam. Dalam satu peti kaca, terdapat sebuah batu yang berusia 10.000 tahun.

Ada 12 guratan di situ, mungkin alat penanggalan zaman purbakala. Ada lagi beberapa cap yang dipakai orang Sumeria, 5.000 tahun yang lalu untuk melegalisasikan dokumen. Sebuah relief abad kesembilan sebelum Masehi, memperlihatkan upacara jabat tangan antara dua orang.

Sebagian benda purbakala di Museum Irak itu dulunya merupakan reproduksi. Inilah yang menimbulkan keprihatinan banyak ahli. Benda-benda yang asli dibawa oleh para penjajah asing, atau ahli purbakala asing ke negaranya. Pertanyaan berikutnya, apakah ketika Irak diserang pasukan AS dan sekutunya, benda-benda bersejarah itu masih ada?

Dulunya seperti Gerbang Ishtar di Baghdad misalnya, berada di Berlin, dan benda-benda lain ada di British Museum, dan di Museum Universitas Pensylvinia, Amerika Serikat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline