Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Mengapa Saya Menulis tentang Saddam Hussein?

Diperbarui: 11 Januari 2019   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : dokpri

Mengapa saya menulis tentang Presiden Irak Saddam Hussein? Itulah pertanyaan belakangan ini yang dialamatkan kepada saya. Tetapi pertanyaan itu sangat mudah dijawab, ketika seseorang mengamati perkembangan tentang "Negara 1001 Malam," itu.

"Negara 1001 Malam, " itulah julukan yang diberikan kepada negara yang terletak di antara garis litang 37.25 derajat dan 29.5 derajat, serta garis bujur 48.45 derajat dan 38.45 derajat. Wilayahnya meliputi area seluas 438.446 kilometer persegi dengan areal yang dapat ditanam 75.364 kilometer perdegi. 

Sudah tentu data ini saya cuplik tahun 1998, ketika menulis buku "Saddam Hussein Menghalau Tantangan" (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).

Buku Saddam Hussein ini merupakan catatan saya selama berkunjung ke Irak untuk pertama kalinya pada Desember 1992 ketika negara itu dikucilkan oleh negara-negara Arab lain, karena Irak menyerang Kuwait dan menganeksasi wilayah itu sebagai bagian dari Irak. 

Di sinilai dimulai sengketa awal Irak dengan Amerika Serikat (AS) yang ketika terjadi Perang Irak-Iran pada 22 September 1980, AS mendukung Irak.

Pada waktu itu Indonesia dan negara lain, umumnya negara Dunia Ketiga ikut menentang embargo ekonomi dan udara yang dilakukan AS. Hanya Jordania yang membuka jalan darat ke ibu kota Irak Baghdad. Menteri Luar Negeri RI Ali Alatas waktu itu cemas dan mengingatkan AS agar tidak menyerang Irak. 

Tokoh pers Burhanudin Mohamad Diah (B.M.Diah) ikut mengingatkan hal yang sama. Inilah latar belakang mengapa B.M.Diah mengutus saya langsung ke Irak. Jika berdasarkan informasi dari negara maju, sudah tentu memihak AS dan sekutunya. 

Perjalanan saya itu melelahkan, tetapi memuaskan dan menggembirakan. Jadi tujuan saya ke Irak, juga ikut mendukung kepentingan negara Dunia Ketiga. Bayangkan, saya harus ke Jordania terlebih dahulu agar bisa menuju Baghdad melalui jalan darat. 

Melalui jalur udara langsung ke Baghdad waktu itu tidak mungkin karena Perserikatan Bangsa-Bangsa telah menerapkan larangan terbang dari dan ke Irak di kawasan larangan terbang paralel 32 derajat lintang selatan dan 36 derajat lintang utara. Oleh karena itu, siapa pun harus jalan darat darat dari Jordania-Irak dan sebaliknya. 

Bayangkan di jalan datar padang pasir itu, saya menempuh jarak 885 kilometer yang ditempuh dengan taksi yang saya sewa lebih kurang 13 jam. 

Kemudian setelah saya di Jakarta, maka pada tanggal 24 Juni 1998, saya menerima surat dari Kedutaan Besar Irak di Jakarta. Surat itu datang dari Kantor Sekretaris Pers Presiden Republik Irak yang menyatakan penghargaan mengenai buku yang saya tulis: "Saddam Hussein: Menghalau Tantangan,"(Jakarta: PT.Penerbit Swadaya, 1998). Buku ini saya kerjakan setelah di Jakarta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Irak di Indonesia (Jakarta).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline