Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Pelajaran Berharga dari Kasus Setya Novanto

Diperbarui: 25 April 2018   01:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: kompas.com

Inilah foto dari Kompas.com yang memperlihatkan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), sekalugus Ketua Umum Partai Golongan Karya, Setya Novanto memakai baju tahanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Saya mengikuti perkembangan ini  sejak 4 Mei 2017, yaitu sejak Ketua Umum Partai Golkar itu tersandung kasus e-KTP. Intinya hanya satu, sangat menarik. Penuh drama, yang mengajarkan kepada kita kepada nasihat orang tua zaman dahulu, "nak jujur ya, jangan berdusta."

Kita tidak mengatakan, drama ini penuh dusta. Tetapi kalau kita menyaksikan informasi yang berkembang setelah Setya Novanto mengalami kecelakaan, berpindah dari rumah sakit dan akhirnya memakai baju tahanan KPK, ada infotmasi sebenarnya yang sedang disembunyikan. Ia tidak bisa bangun, berbicara sebentar, tidur lagi.

Terdengar lagi informasi, ia di infus dengan jarum anak-anak. Bahkan yang lebih mengagetkan, ada yang mengatakan, Ketua DPR RI ini akan mengidap penyakit lupa dan harus berobat ke luar negeri.

Konsekuensinya jika berobat ke luar negeri, maka KPK harus mencabut larangan pergi ke luar negeri. Kita sebagai masyarakat tidak mengetahui betul apa yang sedang terjadi waktu itu. Kita hanya menyaksikan dari jauh, dan mendengar informasi dari data akurat.

Ternyata, setelah kita menyaksikan perkembangan terakhir setelah ditahan KPK dan memakai baju tahanan KPK, Setya Novanto bisa berjalan pelan-pelan dan berbicara terputus-putus. Ia tidak lupa ingatan dan team dokter pun mengatakan bahwa ia tidak separah yang dibayangkan hingga lupa ingatan dan sebagainya.

Apa ada dusta di antara kita? Yang saya tahu, ketika seseorang ingin menjabat sebagai petinggi di sebuah organisasi, ia  pasti mengucapkan janji atau sumpah jabatan. Menurut saya, ini yang kita takutkan, janji atau sumpah ini yang nantinya bisa berdampak kepada diri kita sendiri atau keluarga kita, karena kita berjanji atas nama Tuhan.

Partai Golkar memang akhir-akhir ini mengalami ujian berat. Tidak tanggung-tanggung, ketua umumnya periode 2016-2019, Setya Novanto ini disangkakan tersandung kasus e-KTP. Ia dicekal pergi ke luar negeri oleh KPK demi memperlancar penyelesaian kasus tersebut.

Sejak itu, kasus ini berkembang ke DPR RI. Terjadilah apa yang disebut penggalangan hak angket di DPR yang dipimpin Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah. Ternyata penggalangan dukungan ini memunculkan protes dari MAKI (Masyarakat Anti Korupsi) yang melaporkan Fahri Hamzah ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) terkait dugaan pelanggaran etika dalam persetujuan hak angket KPK di Sidang Paripurna DPR baru-baru ini.Hasilnya hingga hari ini belum ada kejelasan, semoga nanti ada kejelasannya karena rakyat ingin tahu. Boleh jadi sudah ada informasi, tetapi saya yang tidak mengetahuinya.

Yang saya saksikan adalah kehadiran Ketua DPR yang adalah juga Ketua Umum Partai Golkar, Setya Novanto di jajaran pimpinan DPR RI yang sedang memimpin sidang. Tidak ada yang salah. Hanya, sidang itu menjadi cacat karena banyak anggota yang keluar dari ruangan setelah Fahri Hamzah mengetok palu. Kemudian protes keras pun bermunculan.

Akhir-akhir ini Partai Golkar selalu menjadi sorotan. Saya mencatat, Golkar semasa berakhirnya kepemimpinan Presiden Soeharto selama 32 tahun dan meninggalnya beliau, mengalami berbagai cobaan dan rintangan. Selama 32 tahun Golkar (dulu enggan disebut partai) mengalami kejayaan luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline