Lihat ke Halaman Asli

Dasman Djamaluddin

TERVERIFIKASI

Saya Penulis Biografi, Sejarawan dan Wartawan

Peristiwa Pesawat PM Israel Menuju Australia

Diperbarui: 23 Februari 2017   12:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Netanyahu dan Lee Hsien Loong (Foto Reutere)

Kunjungan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu ke Singapura dan Australia memperoleh perhatian besar dari para pengamat dalam dan luar negeri Indonesia.Kunjungan ini menjadi catatan sejarah, karena selama ini, kepentingan Indonesia diwakili Singapura dalam menjalin hubungan ekonomi antara Indonesia dan Israel.Singapura mewakili juga Malaysia dalam hubungan yang sama.

Indonesia sejak penduduk Yahudi memproklamirkan kemerdekaan sebuah negara bernama Israel pada 15 Mei 1948, tidak memiliki hubungan diplomatik dengan negara tersebut.Bahkan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) dalam Peringatan Konferensi Asia Afrika baru-baru ini mempertegas dukungan tersebut.Dilanjutkan dengan membuka semacam perwakilan diplomatik di Tepi Barat.

Sekarang ini hubungan diplomatik antara Indonesia tidak pernah terjalin, karena bangsa Indonesia menghormati prinsip-prinsip keadilan dan hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa Palestina. Ketika bangsa Yahudi diakui kemerdekaannya, mengapa bangsa Palestina tidak diperjuangkan kemerdekaannya? Jika kita berbicara, siapa sebenarnya yang berhak merdeka, Yahudi atau bangsa Palestina? Jawaban kita sebagai warga yang mencintai keadikan adalah Palestina.Bukan bangsa Yahudi.

Jika kembali ke sejarah, bangsa Yahudi memerdekakan diri itu bukan di wilayahnya sendiri, tetapi di wilayah Palestina. Itulah sebabnya mengapa bangsa Arab marah ketika bangsa Yahudi memproklamirkan kemerdekaannya.Sehari setelah diucapkannya kemerdekaan, negara Arab langsung menyerbu Israel.Negara Arab yang menyerbu Israel adalah Lebanon, Suriah, Mesir, Irak, Arab Saudi dan Transjordania yang sekarang adalah Jordania.

Beberapa kali perang termasuk yang dinamakan Perang Enam Hari, yang keluar sebagai pemenang bukan negara Arab, tetapi malah Israel. Tujuh puluh persen wilayah Palestina berhasil direbut Israel.

Tidak masuk akal, tetapi itulah kenyataan yang terjadi.Kenapa bisa begitu? Sudah merebut wilayah Palestina, dalam perang pun bisa menang. Di sinilah kita bisa menyaksikan peranan besar Amerika Serikat (AS) dalam menyuplai persenjataan kepada Israel sangat dominan.Hingga hari ini, bantuan AS kepada Israel tetap berlangsung.

Akibatnya bangsa Palestina semakin tersisih. Israel selain menang perang, juga secara tidak langsung mengusir bangsa Palestina perlahan-lahan dengan mendirikan pemukiman-pemukiman baru bukan di wilayah Israel, tetapi di wilayah Palestina.Jika dilihat peta Palestina sekarang ini bertambah lama bertambah hilang.Lama-lama lenyap.Jika sudah lenyap, mereka sudah pasti akan beragumentasi, bagaimana Palestina akan merdeka tanpa tanah air?

"Peta Palestina (Dokumentasi)"

Kembali ke masalah PM Israel Benjamin Netanyahu. Ketika meninggalkan Singapura, akan menuju Sydney, Australia, ia tidak melewati wilayah udara Indonesia.Malah berputar menghindari wilayah Indonesia. Sebetulnya pihak Indonesia tidak pernah melarangnya.Ingat ketika PM Israel Yitzak Rabin bertemu informal dengan Presiden Soeharto? Entah apa sebabnya Netanyahu melakukannya. Yang jelas dari berbagai informasi, hal ini hanya untuk mendapatkan perhatian dari dunia internasional. 

Netanyahu memang ingin menjalin hubungan dengan Indonesia. Beberapa kali terlontar pernyataannya bahwa sudah masanya terjalin hubungan kedua negara.Maret 2016, ia menyatakan agar hubungan diplomatik Israel-Indonesia dibangun secara resmi.Nah bagaimana Indonesia? Yang jelas kita saksikan sekarang ini, PM Benjamin Netanyahu lebih lama di udara.Seharusnya 8,5 jam sudah sampai ke Sydney, Australia dari Singapura, maka sekarang ditambah 2,5 jam lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline