Lihat ke Halaman Asli

Mungkinkah Amerika Memelihara Anak Macan?

Diperbarui: 28 Januari 2019   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kajian tafsir fi Dzilal (Sayd Qutb) yang penulis terima di Pondok Pesantren Budi Mulia, memang sarat perspektif politik. Apalagi yang menyampaikan doktor politik ahli timur Tengah, Dr. Amien Rais MA. Kajian itu membawa diantaranya bagaimana upaya Super Power Amerika Serikat dalam mengontrol dan menggarap bibit -bibit unggul dari berbagai negara benar-benar menjadi "Amerika" paling tidak menjadi sekuler melalui berbagai pendekatan termasuk gaya hidup. Tentu saja bagi para kader militer unggulan akan mendapat "treatment" yang lebih khusus, termasuk terkait dengan solidaritas korpnya.

Oleh karena itu, bagi saya , kedekatan Raja Abdullah II dari Yordania dengsn Prabowo Subianto. Yang merupakan alumni Fort Benning, sebuah lembaga pendidikan pasukan khusus militer Amerika Serikat tidak lebih dari solidaritas otang orang yang telah 'digarap" negara Dajjal itu. Sekali lagi saya sampaikan, tak mungkin Amerika memelihara anak anak macan !

Tidak mengherankan jika dua mantan presuden yang berasal dari Militer, Soeharto dan SBY relatif lebih manut, menurut terhadap kepentingan Amerika. 

Penulis mencatat, kebijakan SBY di bidang minerba khususnya tekait dengan blok Cepu yang jatuh ke Exon mobile, dan di sektor pertanian, utamanya adalah globalisasi perdagangan bebas sektor pertanian, SBY tunduk ke keoentingan Amerika. SBY tampil sebagai inisistor perdagangan bebas sektor pertanian yang diselenggarakan di Ubud Bali, padahal, pertanian Indonesia saat itu sangat membutuhkan proteksi.

Disisi lain, jika benar konsultan politik bule yang mendampingi Prabowo sejak 2014 adalah ahli "memutar balikkan fakta" maka isue antek asing dan aseng yang dihembuskan tidak keluar dari frame "memutar balikkan fakta". 

Lebih dasyat dari itu, apa yang dikenal sebagai hoax yang menggonjang gajingkan kehiduoan bangsa juga tidak lepas dari pelaksanaan  membolak balikkan fakta itu.

Ironisnya. Oknum oknum ustadz dan ulama tertentu terseret pada arus itu hanya untuk mengejar kepentingan tertentu. Padahal hal iru berarti mengingkari alias kafir terhadap petintah tabayun. 

Syukurlah, upaya membangun ketidak percayaan (distrust) itu gagal total, sehingga berbagai gejolak keamanan tidak membuat prises pembangunan berhenti, dan rakyat pada ahirnya melihat hasil kerja yang sesungguhnya.

Dalam Catatan penulis, secara formal Jokowi menyampaikan kritik atas ketidak adilan dunia secara frmal disampaikannya dihadapan para peserta peringatan konfrensi Asia Afrika beberapa saat setelah Jokowi dilantik menjadi Presiden RI di akhiir tahun 2014. 

Merubah tatanan yang menjadi spirit pidato tersebut, rupanya secara konsekuen  dijalankan oleh Jokowi. Bahkan apa yang penulis sebut sebagai poros ekonomi Jakarta Washington yang dibangun sejak era Soemitro Djoyohadikusuma menjad begawan ekonimi, telah digerakkan oleh Jokowi ke segala arah. 

Jokowi mencari modal investasi untuk membangun Indonesia yang sudah memiliki hutang di atas APBN nya sejak masa SBY  dan harus mulai membayar cicilan bunga hutangnya, pontang-panting kian kemari sehongga lawan-lawan politiknya Jokowi dinyinyir sebagai jualan kian kemari. Jokowi tidak lagi mengandalkan  Amerika dan koco-konco neoliberalisnya menjadi satu satunya andalan kerja samanya, tetapi sesuai spirit Asia Afrika, Jkowi menggerakkan ke seluruh penjuru dunia (non blok). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline