Lihat ke Halaman Asli

Dani Ramdani

TERVERIFIKASI

Ordinary people

Pet Attachment, Hubungan Emosional Hewan Peliharaan dengan Majikan

Diperbarui: 14 November 2021   12:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hewan peliharaan. Sumber: pixabay

Artikel kali ini dibuka dengan kisah masa lalu saya yang hobi memelihara ayam saat masih kecil. Mungkin saat itu berusia 7 tahun. Jenis ayam yang dipelihara beragam, mulai dari ayam adu, ayam kampung, hingga ayam broiler. 

Saya membesarkan ayam tersebut setulus hati. Ayam-ayam tadi seakan menjadi teman sehari-hari, hal itu karena saya adalah satu-satunya anak lelaki di keluarga. Tak jauh beda dengan Ciung Wanara. 

Suatu ketika, paman memberi saya seekor ayam broiler yang masih kecil. Ukuran ayam itu sekepal tangan orang dewasa. Tentu saya antusias karena ada ayam baru. 

Ayam broiler tersebut dibesarkan dengan penuh cinta dari seorang bocah polos. Setiap pagi, setelah sarapan, saya selalu menyisakan nasi goreng buatan ibu untuk dibagi dengan ayam broiler tadi. 

Begitu juga dengan makan siang dan sore. Semua nasi tidak saya habiskan, nasi tersebut khusus untuk si ayam broiler. Agar santapan si ayam makin nikmat, saya berinisiatif menyisihkan uang jajan untuk membeli pakan ayam. 

Jadi, nasi sisa tersebut kemudian dicampur dengan pakan dan diberi air sedikit. Begitu lahapnya si ayam memakan itu. Beberapa bulan kemudian, si ayam yang tadinya sekepal tangan mulai tumbuh besar. 

Bahkan, ayam broiler saya mencapai bobot lima kilogram. Selain itu, ada jengger di kepalanya dan hebatnya bisa berkokok. Ketika berjalan, tubuh ayam tersebut begitu gempal penuh daging. 

Namun nahas, si ayam broiler harus menemui ajalnya. Saat itu bertepatan dengan bulan ramadhan. Ada satu kebisaan yang sudah membudaya di daerah saya ketika hendak masuk bulan ramadhan, yaitu munggahan alias makan daging. 

Awalnya saya menolak ketika si ayam broiler hendak dijadikan santapan sahur. Tapi, ibu dan bapak saya memberi penjelasan jika itu kodrat ayam. Akhirnya saya luluh, tapi dengan satu syarat. Kedua paha ayam harus dimakan oleh saya. 

Saya sendiri yang membawa ayam gendut itu ke tempat penyembelihan hewan. Saya memegangi ayam gendut itu, ketika pisau menyayat leher sang ayam, darah pun mengalir begitu deras. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline