Lihat ke Halaman Asli

Danan Wahyu Sumirat

Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

Tak Jaga Jempol Bisa Mengurangi Nilai Ibadah Puasa

Diperbarui: 30 Maret 2024   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Ibu saya pernah berkata, media sosial adalah sebuah kedigjayaan masa depan. Bayangkan kita dapat menebarkan dan merespon  informasi kepada siapa saja dalam hitungan detik. Dengan mudahnya kita bisa men-DM presiden di negeri ini atau tetiba komentar dibalas oleh artis. Tapi kedigjayaan tanpa kesiapan fisik dan mental jelas akan berbahaya. Itulah mengapa di jaman dulu sebelum orang mencecap ilmu kanuragan atau batin akan dipersiapkan  fisik melalui tirakat. Bertapa untuk mencapai titik nol manusia agar mencapai kebijaksaan dan mampu menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kebaikan.

Saat ini untuk mncapai kedigjayaan media sosial tak perlu tirakat, hanya menginstal aplikasi , membuat akun lalu login dan dengan mudahnya kita terhubung dengan dunia tanpa batas. Kedigjayaan tanpa kesiapan pemiliknya dapat  menciptakan ke-caosan . Entah sudah kita berapa banyak keramaian yang tak pada porsinya di dunia, ketika sebuah berita atau statment menghasilkan keributan yang memang tak seharusnya terjadi. Orang yang tadinya baik-baik saja menjadi panik bahkan pertengkaran yang tak semestinya. Dengan ringannya kita memaki orang lain atau mengomentari hidup orang lain dengan kata-kata kasar. Ya inilah yang terjadi, kedigjayaan yang tidak pada tepatnya menimbulkan kemudoratan.

Hati-Hati Dengan Jempolmu

Saya sempat berpikir, sepertinya ada yang salah dengan alur respon manusia ketika membaca informasi di media sosial. Kadang tanpa berpikir kita langsung berkomentar, tak pernh berpikir ulang apakah yang kita ketik menyakiti orang lain. Seolah semua itu dari mata, ke hati lalu tanpa berputar ke otak, refleks informasi  langsung ke tangan.

Mumpung di bulan penuh rahmat, bagaimana ketika membaca informasi di dunia maya, jangan langsung terbawa emosi (bahagia, marah, julid bahkan benci). Bawa informasi ke otak, validasi apakah logis . Jika ragu bisa mencari informasinya ke otak. Jika ada keinginan untuk berkomantar , pastikan komentar tidak menyakitkan. Ukurannya, cukup dibalikan saja ke diri sendiri, apakah saya akan tersinggung jika dikomentari seperti ini.   Sebelum mengetik komentar, berikan waktu 10 detik untuk berpikir kembali. Tarik napas dalam-dalam. Jika merasa penting dan perlu untuk berkomentari lakukan, jika ragu mending tidak usah.

Mengendalikan jempol memang sama sulitnya mengendalikan bibir di era bu Subangun menebar gosip. Jangan berdalih ingin memberikan saran, yakinlah orang tak butuh saranmu yang tidak memberikan solusi berupa materi. Kamu bukan dosen apalagi guru besar yang ilmunya mumpuni, sumbang saranmu hanya menimbulkan kegaduhan. Nah agar nilai puasam tak berkurang karena kegaduhan di dunia maya mari kendalikan jempolmu. Jika tak mampu bisa log out sejenak dari media sosial. Jika merasa tak mampu menahan godaannya, un instal aplikasinya atau bahkan simpan ponsel hingga hari raya tiba.

Menjahit Gosip

Sejak awal puasa hingga pertengahan ramadan lewat rasanya kita tak pernah dari berita-berita unfaedah yang akhirnya menimbulkan fitnah di masyarakat. Pernah dengar kasus berita kematian artis yang konon disebabkan oleh santet. Berita menjadi liar sehingga diihubungkan dengan kematian beberapa artis di masa lalu. Belum lagi berita suami artis cantik yang ternyata melakukan tindakan koruspsi dengan nilai kerugian negara hingga 271 Trilyun. Beritanya juga tak kalah liar bagai bola panas.

Salah satu yang membuat berita-berita ini tambah panjang adalah fitur stich (menjahit) berita merupakan fitur salah satu aplikasi di media sosial. Dengan mudahnya kita bisa memaduikan VT (video tok tok) orang lain dengan video kita .  Bayangkan jika satu kasus atau berita di-stich berkali-kali menjadi video berantai yang tak putus informasinya. Kebanyakan semua informasi adalah opini tak banyak  yang mengemukakan fakta apalagi data. Berita yang dipanjang-panjangkan berpotensi melahirkan kebohongan yang akan mengurangi nilai ibadah di bulan ramadan.

Nah bagi teman-teman yang hobi menjahit berita di aplikasi , coba deh menjahitnya malam hari saja agar tak mengurangi nilai ibadah. Eh tapi kan videonya tetap menyebar di siang hari :D.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline