Lihat ke Halaman Asli

Dail Maruf

Ketua Yayasan Semesta Alam Madani Kota Serang

Menjadi Manusia Bahagia: Model Suprarasional

Diperbarui: 26 September 2022   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Manusia Suprarasional dalam Buku Trilogi Supra Rasional

Saya bersyukur dapat mengikuti Pelatihan Suprarasional Premium yang diadakan Read1 Institute kemarin di Hotel Griya Dharma Wulan (GDW) Hotel & Cottage Darmawan Park Bababan Madang Kabupaten Bogor pada Ahad 25 September 2022 bersama penulis buku trilogi Suprarasional Dr. Ridwan Hasan Saputra.

Dalam paparannya Penulis menyampaikan bahwa "Manusia Suprarasional adalah manusia yang lebih menggunakan hati daripada akal". Bedanya manusia suprarasional dengan manusa pada umumnya, manusia suprarsional jika mendapatkan suatu masalah maka yang  bergerak adalah hatinya, sehngga ia akan mengcapkan " Sesungguhnya semua berasal dari engkau, dan semua akan kembali padaMu".

Manusia pada umumnya adalah rasional atau mengutamalam akalnya, sehingga jika ia mendapatkan suatu masalah maka yang bekerja adalah akalnya. 

Mengapa masalah ini muncul?, bagaimana saya bisa keluar dari masalah ini?. Sehingga dalam hal bertindaknya pun beda,  Orang rasional akan mikir, bagamana ia bisa selesaikan masalh yang ia hadapi, sedangkan manusia supra rasional hatinya yang langsung ingat Allah, dan minta pertolongan Allah.

Dokpri

"Iyyaka na'budu wa Iyyaka nastaiin", Kepadamu kami menyembah dan kepadamu kami mohon pertolongan. Prinsip hidupnya berpegang pada keyakin bahwa tujuan manusia dan jin daiciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT, sehingga dalam aktivitas keseharinnya sebelum melakukan apapun selalu mengawalinya dengan basmalah dan mengakhri dengan hamdalah. 

Serta bila mendapatkan apapun hasil dari usahanya, maka ia tetap bersyukur jika berhasil dan tetap sabar jika belum dikabulkan usaha dan doanya.

Tak ada rasa kecewa pada manusia suprarasional dengan apapun takdir yang ia terima, karena baginya masih diberinakesempatan hidup saja itu sudah merupakan nikmat yang luar biasa. Apalagi diberi kesehatan dan semangat untuk terus belajar, merupakan hal terindah dalam hidupnya. Sehingga yang terlontar dari lisannya adalah ucapan syukur.

Ia berpandangan bahwa kebahgiaan itu akan hadir saat ia bersyukur atas nikmat Allah SWT, dan ia tidak berani berbuat kufur atas nikmat teresebut. Ia takut akan  mendapatkan azab atas kekufuranny. Sebagaimana janji Allah SWT dalam surat Ibrahim ayat 7 :

" Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline