Lihat ke Halaman Asli

Dahnil Anzar Simanjuntak

Dosen dan Peneliti

Jangan Apa Kali, Nanti Apa Pulak

Diperbarui: 3 Maret 2020   19:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Almarhumah mamak awak dulu pernah bilang, "tak elok kelen punya dendam, sesakit apa pun hati kelen. Jangan apa kali". Nah, bingungkan kelen yang bukan orang Medan, dengan kalimat terakhir cakap mamak awak tuh. "Jangan apa kali". Awak pun payah mau cakap menjelaskannya, apa lagi kelen suruh pulak menuliskannya.

Nih ya wak, awak kasih tau. Bahasa itu adalah ungkapan pikir dan rasa. Kalok dia ungkapan pikir kelen bisa lawan dengan pikir lagi, bahasa kerennya make sense alias masuk otak.

Nah, kalok ungkapan rasa? Kelen bolak-balik otak kelen sampai kiamat tak akan paham kelen, karena ungkapan rasa hanya bisa terhubung dengan rasa juga. Macam cintalah....pernah kelen jatuh cinta?

Kau Jomblo, mana tau kau makna cinta yang tersambungkan.... Hahahaha.

Cinta paling sejati ya cinta mamak dan bapak ke anaknya lah.....

Macam cinta almarhum mamak awak ke awak. Rindu kali aku sama mamak....

Nah, aku lanjut dulu_ bah kadang pakek aku, kadang pakek awak. Mana yang betul? Kek gitu pasti kelen cakap ketika baca tulisan ini. Aku cuma mau jawab. "banyak kali cengkonek kau, baca aja lah. Klo gak suka tak usah, macam netizen yang kepedasan kelen baca ini".

Oke. Aku lanjut ya....

Tentang Dendam.

Susah memang mengubur dendam, itu yang awak rasakan. Tapi kata mamak aku, "hidup yang membawa dendam, adalah hidup penuh dengan benci dan itu sakit terus".

Betul kata mamak, supaya jangan apa kali, nanti apa pulak kan. Maka perlu mengubur dendam agar hidup kita penuh dengan cinta dan akhirnya kita bisa focus sama tujuan hidup kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline