Lihat ke Halaman Asli

Cut Intan Rouzatul Jannah

Mahasiswa di IAIN Langsa

Tradisi Meugang untuk Menyambut Bulan Ramadhan di Aceh

Diperbarui: 16 April 2021   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bulan suci Ramadhan adalah bulan dimana kemuliaan dan keberkahan sangat melimpah pada bulan ini. Banyak pahala yang bisa kita dapatkan dalam bulan ini, maka dari itu banyak umat muslim yang selalu merindukan hadirnya bulan Ramadhan.

Biasanya sebelum Ramadhan tiba, di beberapa daerah di Indonesia khususnya di Aceh memiliki tradisi tersendiri dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Salah satu tradisi itu adalah Meugang.

Meugang adalah rangkaian kegiatan mulai dari membeli, mengolah, serta menyantap daging sapi atau kerbau menjelang puasa, tepatnya dua hari sebelum datangnya bulan Ramadhan.

Bagi masyarakat Aceh, menyambut Ramadhan atau lebaran tanpa meugang akan terasa hambar. Walaupun meugang itu bukan suatu kewajiban, tapi sudah menjadi suatu keharusan, sehingga jarang sekali kita temui masyarakat Aceh yang tidak memakan daging pada saat hari meugang.

Meugang berasal dari kalimat "Mak Meugang"atau "Makmu That Gang Nyan", yang artinya "Makmur sekali pasar itu". Karena pada hari itu seluruh pasar akan terlihat sangat ramai dibanding hari-hari biasanya.

Tradisi meugang ini adalah tradisi penyambutan bulan Ramadhan di Aceh yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu. Walaupun sudah sangat lama, tradisi tersebut masih tetap ada sampai sekarang.

Tradisi menyantap daging ini sekaligus menjadi simbol bahwa semua umat Islam dapat ikut menikmati makanan mewah tanpa memandang status masyarakat. Baik orang kaya maupun miskin tetap menikmati masakan berupa daging pada hari meugang itu.

Masyarakat aceh biasanya akan mengolah daging menjadi menu santapan berupa rendang, di goreng, masak putih, direbus, di sop, masak merah, atau daging asam keueung.

Menu daging tersebut selanjutnya akan di santap bersama-sama dengan keluarga saat hari itu.

Di pedesaan (gampong) yang masih kuat adatnya, menantu laki-laki yang masih tinggal di rumah mertuanya mempunyai kewajiban membawa pulang daging di saat Meugang untuk dimasak.

Apalagi bagi seorang pengantin baru akan menjadi hal yang memalukan sekaligus aib jika tidak membawa pulang daging ke rumah mertuanya. Sehingga untuk mempersiapkan meugang harus dari jauh-jauh hari karena meugang bukan hanya sekedar tradisi tapi juga masalah harga diri dan gengsi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline