Lihat ke Halaman Asli

Cucum Suminar

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Seru, Menonton Marathon Film Pendek Batam di Bioskop

Diperbarui: 30 Maret 2017   02:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konfrensi Pers Film Kisah Anak Rantau dan Kenduri Kepri. | Dokumentasi Pribadi

Batam, Kepulauan Riau, tidak hanya memiliki studio film terbesar di Indonesia, namun juga mempunyai sineas-sineas muda berbakat. Akhir pekan lalu (26/3), saya berkesempatan menonton empat film pendek yang dibuat dan diperankan oleh warga Batam di Blitz Megaplex Kepri Mall Batam, yakni “Cemetery”, “Karna Kau Wanita”, “Panorama Hijrah”, dan “Malam Minggu Ramli”.

Empat film tersebut mengambil tema yang cukup variatif, mulai dari tema sosial mengenai anak-anak yang haus kasih sayang orangtua hingga tema rohani yang Islami. Namun diantara empat film lokal tersebut, saya paling terkesan dengan Film “Malam Minggu Ramli” yang berdurasi sekitar 15-20 menit.

Saya sangat terkesan dengan cerita film itu yang lucu dan menghibur. Selain itu ada pesan moral yang disisipkan – hargai dan cintai ibumu selagi masih hidup. Melihat film ini serasa menonton film-film P Ramlee. Tahu kan film lawas Malaysia yang diperankan oleh aktris Malaysia keturunan Aceh, Indonesia?

Selain menggunakan Bahasa Melayu yang kental, tampilan gambar pada film ini juga mirip dengan film-film P Ramlee. Bedanya bila film-film yang dibintangi Puteh Ramlee hitam putih, “Malam Minggu Ramli” berwarna. Hanya saja warnanya dibuat pudar seolah film itu sudah diproduksi beberapa puluh tahun lalu.

Salah Satu Scene Karena Kau Wanita. | Dokumentasi Pribadi

Usai pemutaran film, saya sempat berbincang dengan pemeran Mak Ramli, Paskalia Rilin Rahayu. Ia mengungkapkan, film “Malam Minggu Ramli” memang terinspirasi dari Film P Ramlee, tepatnya “Seniman Bujang Lapok”. Meski kru film bukan seluruhnya bersuku Melayu, namun salah satu penggiat Komunitas Film Batam Nifikiwa tersebut mengatakan, mereka semua sangat menyukai film yang kental dengan logat Melayu itu.

Paskalia mengungkapkan, pemeran di Film “Malam Minggu Ramli” juga bukan semuanya orang Melayu. Ia contohnya. Paskalia adalah orang Kalimantan. Hanya saja ia memang sudah lama bermukim di Batam, sehingga tidak kesulitan mengucapkan kalimat-kalimat Melayu dengan logatnya yang khas.

Salah satu scene Malam Minggu Ramli. Si Emak yang suka ngomel. | Dokumentasi Pribadi

Disisipi Film Bertema Buruh Migran Singapura

Selain memutar empat film lokal, panitia acara juga menampilkan Film “Kiasah Anak Rantau” yang dibuat oleh sutradara Singapura, Bob Koosmangat. Film tersebut menyorot fenomena yang dihadapi tenaga kerja domestik Indonesia – khususnya tenaga kerja wanita (TKW), di Singapura.

Saat konfrensi pers, Bob mengungkapkan, timnya melakukan riset terlebih dahulu. Selain itu, agar peran yang dibawakan lebih menjiwai, mereka juga merekrut sebagian besar buruh migran Indonesia di Singapura untuk membintangi film tersebut – termasuk si pemeran utama yang sudah bekerja di Singapura selama enam tahun, Sulis Dhika Yani.

Bob mengungkapkan, para pemain yang umumnya adalah buruh migran memberi tantangan tersendiri, yakni jadwal shooting yang sangat terbatas. Para pemain film yang tetap harus bekerja, membuat shooting film yang dilakukan di Batam-Singapura itu hanya dapat dilakukan setiap hari Minggu saat mereka libur bekerja.

Salah satu scene Kisah Anak Rantau. | Dokumentasi Pribadi

Jadwal shooting yang sangat terbatas ditambah para pemain yang umumnya baru pertama kali terjun di dunia seni peran, tak mengurangi kualitas film yang dihasilkan. “Kisah Anak Rantau” tersaji cukup baik. Masalah-masalah yang dihadapi tenaga kerja Indonesia dapat tersampaikan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline