Lihat ke Halaman Asli

Melakukan Pendekatan ZPD Kepada Anak Berkebutuhan Khusus

Diperbarui: 30 September 2021   22:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gettingsmart.com

Mengajar dalam jumlah anak yang cukup banyak di dalam kelas, memiliki tantangannya sendiri. Semakin banyak jumlah anak, semakin banyak variasi anak di dalam kelas. Hal ini memang menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru. Namun, tantangan ini juga bisa dirasakan oleh orang tua yang memiliki anak dengan berkebutuhan khusus. Sekarang pertanyaannya, bagaimana kita sebagai pendidik menghadapinya.

Kita tidak boleh memandang sebelah mata anak-anak seperti ini, karena setiap anak Tuhan ciptakan unik dan spesial. Cara pandang kita terhadap anak akan menentukan cara perilaku kita kepada mereka. Meskipun ini menjadi suatu tantangan, bukan berarti tidak ada cara yang bisa kita lakukan. Pengembangan teori ZPD (Zone of Proximal Development) yang dikembangkan oleh Leo Vygotsky dapat kita aplikasikan untuk menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus. Model pembelajaran ini dilakukan dengan menitikberatkan interaksi sosial dalam memaksimalkan perkembangan anak. Teori ini menekankan dimana diperlukannya kerjasama dan kolaborasi orang-orang di sekitarnya untuk membantu perkembangan anak.

Berikut beberapa praktik penerapan yang dapat dilakukan kepada anak dengan teori ZPD:

Guru memiliki peranan penting untuk membimbing dan mengarahkan anak dalam proses perkembangannya. Misalnya:

  • Murid belajar menulis huruf “a”.
  • Guru akan menunjukkan bentuk huruf “a” dengan menggunakan flashcard kepada murid
  • Guru menggunakan kotak pasir untuk mencontohkan penulisan huruf “a”.
  • Murid mengikuti contoh guru dan menuliskan huruf “a” di kotak pasir.
  • Guru memberikan worksheet latihan menulis. Terdapat pola garis-garis membentuk huruf “a”.
  • Murid akan mengikuti pola di kertas.
  • Murid akan terus berlatih hingga dapat menuliskan tanpa bantuan garis putus-putus
  • Teman sebaya (peer tutoring). Dalam teori ini, guru dapat memanfaatkan beberapa anak-anak yang terampil untuk berkolaborasi dengan guru mengajarkan kepada anak-anak lainnya yang membutuhkan bimbingan khusus. Selain itu, anak yang terampil ini juga dapat belajar bagaimana berinteraksi sosial di dalam sebuah kelompok.

Beberapa penerapan praktik di  atas juga bisa kita praktikkan dalam mengajar anak berkebutuhan khusus, karena pada dasarnya mereka membutuhkan bimbingan dan orang-orang yang terampil untuk membantu proses perkembangannya. 

Saya pribadipun pernah menghadapi anak seperti ini di dalam kelas. Saya juga menerapkan beberapa cara dari teori ZPD ini kepada anak berkebutuhan khusus dengan mengajak rekan guru lainnya juga dalam membantu proses perkembangan mereka, sayapun juga meminta beberapa anak untuk melakukan peer tutoring terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Saya juga memberikan waktu khusus kepada anak-anak yang seperti ini untuk saya bimbing secara personal. Secara kurikulum pun kita perlu menyesuaikan setiap kegiatan ataupun assesmen-assesmen agar anak berkebutuhan khusus bisa belajar sesuai dengan kemampuan mereka namun tidak menghilangkan esensi dari tujuan pembelajaran.

Dengan melibatkan orang-orang di sekitar membantu juga si anak merasa dirinya diterima. Selain itu, hal ini juga bisa membantu anak-anak lainnya untuk melihat bahwa setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda sekalipun mungkin ada keterbatasan yang dimiliki dari setiap anak. Menciptakan komunitas yang sehat sangat diperlukan agar anak belajar berinteraksi sosial yang baik dan membawa dirinya bisa menjadi dampak bagi orang-orang di sekitarnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline