Lihat ke Halaman Asli

Wahyu Wardani

seorang PNS yang mencoba menikmati perjalanan dimanapun ditempatkan

Suatu Malam di Aksobya

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malioboro  dimalam minggu seperti lautan manusia . Dan aku terjebak didalamnya. Udara terasa begitu panas . sendiri .. gelisah didalam sebuah taksi yang mencoba membelah kemacetan jogya. Waktu terasa begitu cepat berjalan,  berkejaran dengan putaran roda yang membawaku ke sebuah tempat di kaki candi yang merupakan sebuah  Mahakarya yang luar biasa...Borobudur. [caption id="attachment_136210" align="alignleft" width="318" caption="salah satu adegan dalam sendratari"][/caption] Sepertinya aku akan sangat terlambat menyaksikan  pertunjukan Sendratari Mahakarya Borobudur.  Tapi kupikir lebih baik terlambat daripada aku urung menyaksikan sendratari yang luar biasa indah ini. Sebuah atraksi yang bahkan mampu membuat seorang Richard Gere kemari...... Aroma bunga mawar dan melati menciptakan mistis tersendiri , menyambut para tamu yang hadir.Tersebar di sepanjang jalan menuju panggung tempat pagelaran tari ini . Dan akupun ternganga ,   candi Borobudur seperti terpahat indah di pekatnya malam , sebuah panggung terbuka bernama Aksobya menjadi tempat dimana 250 penari dari Institut Kesenian Surakarta merubah panggung ini menjadi sebuah tontonan yang luar biasa . Begitu hidup, begitu mempesona . Eloknya gerakan, rupawannya para penari merupakan magnit luar biasa yang mampu menyihir segenap penonton. Dibawah sorot lampu yang terang benderang, mereka suguhkan atraksi yang memukau. Dan  dalam kegelapan kamipun terpaku dikursi masing-masing . Lewat tarian ini kami  dibawa untuk kembali kemasa lalu. Mengikuti sebuah kisah yang menjadi ruh dibangunnya sebuah candi  oleh Dinasti Syailendra. Tahap-tahap pembangunan candi dan dinamika masyarakat didalamnya dibawakan begitu mempesona oleh para penari. Setiap babak didalam tarian ini menggambarkan keadaan masyarakat pada saat itu .Candi Borobudur sendiri dibangun dalam tingkatan-tingkatan yang menggambarkan watak manusia. Dasar candi Borobudur dinamakan Kamadhatu , melambangkan watak manusia yang masih terikat oleh nafsu, kemudian empat tingkat diatasnya bernama Rupadhiitu melambangkan watak manusia yang sudah terbebas oleh nafsu tetapi masih terikat oleh rupa dan bentuk.Tiga tingkat diatasnya bernama arupadhaiu , melambangkan manusia yang sudah terbebas dari hawa nafsu, rupa dan bentuk. sedangkan puncak tertinggi bernama Arupa ,sebuah nirwana dimana Sang Budha bersemayam. Selama hampir dua jam, segenap indra kita dibawa kedalam irama  gamelan mengikiuti  alur cerita. Terkadang begitu lembut melenakan, tapi tiba tiba menghentak membakar semangat. Pantaslah bahwa sendratari yang digelar dipanggung terbuka  4 (empat) kali  setahun ini, tak pernah sepi pengunjung. Pagelaran tari ini ditutup dengan penampilan seluruh  penari diatas panggung,  dan kamipun berebut naik kepanggung untuk sekedar bisa berfoto bersama para penari ini.....bisa ditebak......tak mungkin kulewatkan kesempatan  ini..hehehehehe.. Masih sempat kupandangi panggung ini dari pelataran parkir , Candi Borobudur tampak megah berdiri tegak dipekatnya malam, sepertinya kulihat Sang Budha tersenyum  diatas pendaran cahaya indah yang menyelimuti puncak stupa........ Kutinggalkan kaki candi Borobudur dengan pesona yang masih tersisa. Sungguh sebuah karya agung milik bangsa yang wajib kita jaga bahkan dengan nyawa........... Aksobya , 8 Oktober 2011 (foto foto milik dokumen pribadi )




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline