Lihat ke Halaman Asli

Chysara Rabani

Pelajar gemar membaca

Toleransi sebagai Kunci Perdamaian

Diperbarui: 2 Juli 2021   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki berbagai keragaman di dalamnya. Keragaman suku, budaya, agama, bahasa, dan antargolongan. Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia adalah bukti bahwa keragaman yang ada di Indonesia berhasil menjadikan Indonesia merdeka.

Keragaman di Indonesia adalah anugerah bagi bangsa Indonesia. Karena adanya keragaman, masyarakat belajar bagaimana untuk menanamkan rasa saling menghormati dalam kehidupan. Namun ironisnya, dewasa ini konflik yang banyak timbul di Indonesia adalah karena kurangnya rasa toleransi. Dimulai pencemaran suku, budaya, bahkan yang lebih ekstrem agama. Pada esai ini, penulis akan membahas bagaimana toleransi dapat menjadi kunci perdamaian. 

Perdamaian tidak dapat dicapai secara mudah. Perlu proses dan pengetahuan di dalamnya. Tanpa perdamaian, kesejahteraan masyarakat tidak akan tercapai. Hal ini disebabkan oleh minimnya sikap toleransi sesama masyarakat. 

Menurut Fikri Fauzi, toleransi adalah tentang menghargai setiap perbedaan yang ada tanpa menghakimi. Toleransi merupakan kemampuan seseorang untuk memberikan sikap yang objektif terhadap perbedaan. Tidak hanya sadar akan perbedaan, toleransi
membuat manusia menghormati akan adanya perbedaan. Selain itu, toleransi merupakan kunci utama dalam memelihara perdamaian dan menjauhi konflik. Dengan adanya toleransi, konflik bisa dihindari. Perpecahan dan konflik terlahir tanpa adanya sikap toleransi.

Hakikatnya, manusia diciptakan dengan berbagai perbedaan. Budaya, agama yang dianut, pendidikan, kehidupan sosial, karakter juga sifat. Nilai-nilai hidup yang relatif berbeda antar individu sangat rentan menimbulkan sebuah kesalahpahaman. Hanya rasa saling percaya dan toleransi yang dapat menciptakan perdamaian.

Di Indonesia, beberapa konflik terjadi karena minimnya toleransi. Seperti konflik Paso antara umat Islam dengan Kristen, konflik agama di Bogor, serta konflik Sunni-Syiah di Jawa Timur. 

Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama lain menyebabkan para pemeluk agama ini tidak mampu menahan diri, juga kurang menghormati bahkan parahnya memandang rendah agama lain. Kurangnya rasa saling memahami dalam menghadapi perbedaan tanpa mengikuti aturan yang ada menyebabkan komunikasi antar agama tidak berjalan baik.

Untuk menghentikan munculnya konflik karena perbedaan, dibutuhkan kesadaran kemanusiaan dan toleransi agar potensi untuk konflik bisa diredam untuk menciptakan Indonesia yang bebas dari konflik berlarut-larut. Seluruh lapisan masyarakat di Indonesia mempunyai peran yang tidak tergantikan dalam menjembatani perdamaian. Diskriminasi harus dimusnahkan dengan mengangkat nilai toleransi.

Pendekatan multikultural merupakan salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan guna menghilangkan konflik yang sering muncul di Indonesia. Lalu, integrasi dan solidaritas semua pihak juga perlu ditingkatkan. 

Indonesia memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda beda tapi satu”. Selayaknya kita membenahi diri dan menunjukan nilai toleransi yang kita elu-elukan sebagai semboyan bangsa dalam kehidupan sehari-hari. Diperlukan keseriusan
dalam mewujudkan spirit kesatuan dalam kebhinekaan atau kesepakatan dalam perbedaan dengan didukung penuh terutama oleh para tokoh agamawan, cendekiawan, dan Negara.

Perdamaian tidak mungkin bisa dicapai tanpa adanya sikap toleransi dari semua pihak. Mari kita mulai dari diri sendiri, dan didik generasi cinta damai untuk memimpin di masa depan nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline