Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Kinshicho, Area Komersial di Tokyo Berharga "Miring"

Diperbarui: 26 Maret 2018   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi "Echo", landmasrk Kinshicho, yang melambangkan keterlibatan Sumida dengan music

By Christie Damayanti

Sebenarnya, kalau dari daerah apartemrn Michelle di Funabashi-Hoten, kita tidak bisa direct ke Tokyo SkyTree. Berpindah 3x kesana, awalnya tidak menarik bagi banyak orang. Karena memang cukup merepotkan, dan kereta Jepang sangat rumit serta bermasalah denga bahasa.

Aku ga tahu, bagaimana sistem desain jalur2 keretanya. Tetap yang jelas, jalur2 kereta di Jepang ada yang terumit dan terpadat di dunia. Konsep koordinasi kereta Jepang pun tidak ada duanya di dunia. Karena Jepang memang sebuah "negara teknologi".

Ketika 3x aku nengok Michelle dalam kurun waktu cuma 10 bulan (hihihi ...... kangeeeeeen anakku), aku sungguh mempelajari konsep desain dan tata kota Jepang, khususnya Tokyo. Memang aku baru mula8 belajar, dan akan terus belajar karena anakku sedang dan akan mrbjadi bagian dari negara tersebut.

Kota Tokyo sebagian besar di"kuasai" jalur kereta dari  pemerintah, JR Line dan sisanya ada jalur2 swasta yang menghubungkan antar bagian kota di Tokyo, dan yang tidak dihubungkan dengan jalur pemerintah. Pasti ada konsepnya, ketika aku agak berpikir,

"Mengapa Asakusa atau SkyTree ( daerah ini berdekatan dan menjadi daerah wisata terbesar di Tokyo) harus berganti kereta?"

Jika dari Funabashi-Hoten ke SkyTree berganti 2 kereta (Funabashi-Hoten ke Nishi Funabashi, lalu Nishi Funabashi ke Kinshicho, lalu keluar stasiun masuk jalur kereta lain ke SkyTree), begitu juga jalau ke Asakusa. Setelah sampai Nishi Funabashi, berganti stasiun lewat subway (kerera bawah tanah) Asakusa Line, langsung ke Asakusa. Dan ketika kita berganti stasiun, jika ada waktu mampirlah daerah ini karena banyak yang bisa di amati disana ......

Sebenarnya juga, dan karena aku ke Tokyo tidak benar2 untuk travelling atau jalan2 ( tetapi untuk menengok dan tenemani anakku serta memeluk2 dia dan nenjadi sahabatnya), jadi aku punya banyak waktu dan kesempatan untuk menjelajahi Tokyo secara detail.

Untukku sekarang, Tokyo adalah sebuah kota yang (akan) menjadi "kotaku" yang lain, selain Jakarta. Dan seharusnya lah, aku bisa mencermati bagainana aku mampu untuk "menaklukkan" Tokyo. Bahkan, aku harus mengerti bagaimana aku berpindah dari distrik ke distrik, perfekture ke perfektur, bahkan antar tempat2 stategis untuk berbelanja atau memahami kuliner Jepang.

Mengapa?

Karena aku harus nengayomi anakku!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline