Lihat ke Halaman Asli

chitania sari

mahasiswa

Pemuda Harus Berinovasi Melawan Radikalisme dan Terorisme

Diperbarui: 30 Oktober 2017   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cinta NKRI - ilustrasi, www.okezone.com

Pemuda dan pemudi merupakan generasi penerus bangsa. Di tangan generasi inilah, nasib bangsa kedepan ditentukan. Ketika era kemerdekaan, para pemuda selalu muncul di depan memberikan penyemangat. Melalui pemuda, Indonesia bisa merdeka seperti sekarang ini. Tak heran jika presiden Soekarno dalam pidatonya sempat menyatakan, agar diberi 10 pemuda maka akan diguncangkan dunia. Karena pemuda merupakan pusat inovasi, kreativitas dan keberanian. Perpaduan semuanya itu akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat luas.

Di era yang serba modern ini, inovasi merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Inovasi diperlukan untuk bisa beradaptasi dengan perubahan yang serba dinamis ini. Dan salah satu yang diharapkan memainkan peran inovasi dan kreativitas ini adalah para pemuda. Kenapa pemuda? Karena pemuda masih mempunyai harapan yang panjang. Pemuda juga mempunyai semangat yang berbeda, dibandingkan generasi tua. Namun, inovasi ini tentunya harus diarahkan pada hal positif. Karena dampak kemajuan teknologi, tak dipungkiri, inovasi ini juga kerap saja diarahkan untuk kepentingan negatif.

Di Indonesia sendiri, banyak contoh generasi muda yang dikenal pandai, tapi justru memanfaatkan kepandaiannya untuk kepentingan yang tidak baik. Bahrun Naim misalnya. Alumni mahasiswa UNS ini dikenali pandai di bidang informasi teknologi. Selain itu dia juga aktif membuat blog di dunia maya. Sayangnya, kepandaiannya ini justru digunakan untuk melakukan teror di dunia maya dan dunia nyata. Bahrun Naim memilih bergabung ke ISIS, dan seringkali melakukan teror ke Indonesia. Salah satu teror yang diduga ada keterlibatannya adalah bom Thamrin, yang terjadi pada awal 2016 silam.

Jika kita lihat di media sosial, seringkali kita temukan propaganda radikalisme dan ujaran kebencian bermunculan. Bahkan cara-cara merakit bom pun juga sering mereka munculkan. Hal ini bukan untuk cari sensasi. Kelompok radikal sengaja memunculkan untuk menjaring korban baru. Disamping itu, cara semacam ini juga bisa digunakan oleh pihak diluar jaringan radikal, untuk melampiaskan kemarahanannya kepada pihak lain. Mulai muncul pelaku kriminal, yang mengancam meledakkan bom, setelah belajar di media online. Hal ini merupakan contoh inovasi dan kreativitas yang buruk.

Banyak contoh pemuda yang memberikan inovasi dan kreativitasnya untuk hal-hal positif. BJ Habibie ketika itu, mengarahkan kepandaiannya untuk berkreasi dan berinovasi menciptakan pesawat. Setelah belajar bertahun-tahun, Habibie tidak hanya terbukti berhasil menciptakan pesawat, tapi juga pernah menjadi presiden Indonesia. Dan hingga saat ini, pesawat hasil karya anak bangsa ini bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Kemarin, 28 Oktober 2017, baru saja dirayakan peringatan Sumpah Pemuda. Para mahasiswa, dosen dan perguruan tinggi muncul dimana-mana dan mendeklarasikan anti radikalisme dan terorisme. Deklarasi ini diharapkan tidak hanya perayaan saja, tapi juga harus ditindaklanjuti dan diimpelementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Presiden Joko Widodo meminta kepada para pemuda, untuk meneladani semangat sumpah pemuda. 

Para pemuda harus menjadi benteng Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. "Generasi muda harus waspada dengan masih adanya upaya-upaya infiltrasi ideologi yang ingin menggantikan Pancasila, ingin memecah belah NKRI yang muncul dengan metode-metode baru yang sangat halus. Doktrin-doktrin mereka sangat halus dan kekinian. Semua mesti waspada," ucap Jokowi seperti dikutip dalam salah satu media online.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline