Lihat ke Halaman Asli

Sirilus

pencinta budaya terutama budaya Manggarai dan filsafat. Juga ingin studi antropologi.

Memahami Petani dengan Menjadi Petani: Nasihat Bijak Petani untuk Calon Pemimpin dan Cara Menghasilkan Tanaman Berkualitas

Diperbarui: 9 Februari 2024   14:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam dunia Pendidikan guru berperan penting dalam mencerdaskan anak. Dalam dunia untuk memenuhi kebutuhan perut petani berperan penting. Tanpa petani tidak aka nada manusia yang akan bertahan hidup. Pertanyaan mendasar adalah ketika semua orang itu menjadi penjabat dan tidak ada petani, apakah makanan kita? Apakah bisa makan uang secara langsung? Petani itu memiliki peran yang sangat penting untuk kehidupan. Kemudian dalam hidup berbangsa jika kesadaran akan pentingnya peran petani ini, apakah yang mesti kita lakukan untuk kesejahteraan mereka?

Saya pernah menjadi petani sayur di sebuah desa, ayah saya juga seorang petani. Dalam perhitungan saya secara pribadi menjadi petani dengan system kerja modern akan membawa kita menjadi pribadi yang sangat kaya. Saya menghitung bahwa perbulan bisa menghasilkan lima juta. Ini hitungan sebelum saya mulai bekerja mengolah tanah untuk menanam sayur. Hitungannya mudah. Dalam perjalanan waktu, hari demi hari mengerjakan itu ternyata tidak semudah yang saya pikirkan. Mulai dari mengolah tanah yang berhari-hari, bahkan sebulan dengan biaya yang juga tidak sedikit. Saat proses penanaman berlangsung mulai krisis kekurangan air dan harga pupuk yang mahal. Perhitungan penghasilan perbulan tadi ternyata tidak semudah itu ketika dijalankan. Saya berusaha membeli air yang dijual orang untuk menyiram sayur-sayur itu.

Memahami Petani, Menjadi Petani

Dalam tahun politik tahun ini yang sering dikatakan oleh kita. Begitu banyak orang calon pemimpin yang berbicara tentang petani. Mereka pandai menyusun kata tentang kebutuhan petani. Mereka pandai menyusun kata kelemahan di bidang pertanian hingga penghasilan para petani dan hasil pertanian begitu saja. Mereka seolah-olah pernah mengalami menjadi petani. Mereka sepertinya seakan-akan pernah berjemur dibawa terik matahari memegang alat-alat pertanian dan mengunakan alat-alat itu bekerja. Dengan tetesan keringat, rasa sakit hati krisis air, pupuk yang harganya mahal bahkan ketidaksediaan pupuk yang dibutuhkan.

Berbicara berdasarkan pengamatan di media tentu berbeda berbicara karena pengalaman. Kita seringkali berbicara tentang krisis yang dialami di sebuah daerah berdasarkan audio-visual, dan kata-kata manispun muncul berkomentar. Yang ada pikiran kita berdasarkan konsep kita yang muncul bukan perasaan dan pengalaman yang dialami oleh mereka yang sedang mengalami persoalan itu. Seenaknya kita berbicara harusnya seperti ini tindakannya tanpa mengalami perasaan sakit hati. Coba saja kamu beberapa hari menjadi petani di tempat yang sedang mengalami persoalan itu, dengan meninggalkan segala harta milikmu dan benar-benar menjadi petani, kemudian kamu berbicara. Perkataan-perkataanmu bukan lagi kata-kata Mutiara yang muncul tetapi kata-kata yang melahirkan sebuah kata-kata bijak penuh dengan rasa.

Ketika profesi kita berbeda dan mengomentari profesi orang lain yang berbeda dengan kita. Tidak boleh dengan sesuka hati berkomentar. Hadir untuk mengambil bagian dalam profesi itu, untuk mengetahui sendiri letak kesulitannya. Petani tentu sangat mengalami sakit hati, menonton di media dan mendengar komentar-komentar yang disampaikan oleh tokoh-tokoh elite tentang diri mereka. Yang lebih menyakitkan adalah janji-janji yang disampaikan terkadang hanya rayuan gombal untuk mengambil hati.

Nasihat Petani Untuk calon Pemimpin

Petani adalah rakyat yang berada di desa dan selalu berhubungan dengan tanah. Para petani sangat mengagumkan pemimpin yang bisa memahami kebutuhan mereka. Dengan memahami kebutuhan mereka, harapannya dapat memenuhi kebutuhan itu. Ayahku seorang petani, dia selalu menasihati bahwa ketika kamu memiliki profesi selain petani, jangan lupa untuk seperti padi. Semakin bertumbuh dan berbuah padi pasti melengkung ke bawa. Padi semakin berisi semakin dia tunduk pada awal kehadirannya. Kita juga begitu saat sudah hidup menjadi pemimpin jangan lupa akan orang-orang kecil yang membutuhkan bantuan kita.

Petani di Indonesia tidak membutuhkan kata-kata rayuan gombal memikat hati agar bisa jatuh hati pada dirinya. Petani membutuhkan tindakan langsung ungkapan cinta itu. Daripada itu, untuk para calon pemimpin janji-janji mu adalah utang, apa yang dijanjikan dengan petani saat menjadi pemimpin harus ditepati. Petani tidak hanya mengharapkan pemimpin yang hanya berpikir dan mengambil tindakan dari jauh dan hanya mendengar laporan dari bawahan. Petani menginginkan pemimpin yang bergaul dengan diri mereka dan melihat secara langsung serta turut mengalami yang sedang dialami oleh mereka.

Cara Untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Tanaman

Petani-petani di Indonesia pada umumnya adalah petani yang belum terlalu memahami mengenai kualitas tanah itu. Para petani belum terlalu memahami bahwa tanah yang berada di daerahnya lebih cocok atau sesuai untuk ditanami benih yang mana. Atau benih jenis yang mana yang sesuai dengan kadar tanah di daerah itu. Saya menceritakan tentang petani di daerah saya, dalam satu bidang tanah misalnya, mereka menanam berbagai jenis tanaman di situ. Ada tanaman kopi, cengkeh, jagung, dan lain sebagainya. Mengapa mereka seperti ini? Karena belum ada orang yang secara langsung hadir memberi sosialisasi kepada petani tentang kadar tanah di daerah itu dan tanaman yang cocok. Sosialisasi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh orang itu yang merupakan ahli dibidang tanah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline