Lihat ke Halaman Asli

Jokowi dan Nilai-nilai Kebenaran yang Melekat

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejatinya, ketika kita telah mengetahui dan memegang teguh prinsip kebenaran yang ada dan sesuai dengan norma yang dianut di masyarakat, maka kita akan otomatis menilai segala sesuatu secara objektif berdasarkan kebenaran yang telah kita yakini tersebut.

Sekarang kita coba memilah dan memilih hal-hal mana yang benar dan mana yang tidak benar dari beberapa contoh perilaku dan kondisi dalam konteks personal dan juga kepemimpinan antara capres nomor urut 1 dan capres nomor urut 2 pada Pilpres 2014 berikut ini.

A.


  1. Berperilaku sederhana;
  2. Bersikap jujur;
  3. Merakyat;
  4. Selalu berusaha untuk dekat serta mendengar suara dan keinginan rakyat;
  5. Berusaha berpijak dan bertindak dengan menjunjung tinggi kebenaran;
  6. Berusaha menekan perilaku korupsi di pemerintahan;
  7. Ramah dan tidak temperamental;
  8. Rendah hati;
  9. Tidak memfitnah dan menghina orang lain;
  10. Selalu berusaha konsisten dan tidak mencla-mencle.


B.


  1. Berperilaku mewah;
  2. Tidak bersikap jujur;
  3. Tidak merakyat;
  4. Tidak berusaha untuk dekat serta mendengar suara dan keinginan rakyat;
  5. Tidak berpijak dan bertindak dengan menjunjung tinggi kebenaran;
  6. Tidak berusaha menekan perilaku korupsi di pemerintahan;
  7. Temperamental dan kurang ramah;
  8. Jumawa dan tidak rendah hati;
  9. Selalu memfitnah dan menghina orang lain;
  10. Mencla-mencle dan tidak konsisten.

Antara pilihan poin A dan B tersebut, kalau kita mau jujur serta berpikir dan bertindak berdasarkan nilai-nilai kebenaran, tentunya akan memilih A.

Bagi saya pribadi, jelas akan memilih perilaku dan kondisi yang tercantum pada poin A. Maka, secara otomatis pula, dalam konteks ajang Pilpres 2014 ini, orang-orang yang berpola pikir objektif berdasarkan nilai-nilai kebenaran yang ada tentunya akan memilih Jokowi pada pandangan pertama, karena nilai-nilai yang terkandung dalam poin A tersebut melekat pada diri seorang Jokowi.

Catatan:
Mungkin ada yang menilai bahwa tulisan saya ini sudah basi dan seharusnya diposting atau dipublikasikan menjelang atau bahkan jauh-jauh hari sebelum Pilpres 2014. Pendapat tersebut mungkin datang dari para pendukung Jokowi sendiri atau dari kalangan pengamat. Tapi, menurut saya pribadi, tidak ada istilah terlambat dalam menyampaikan kebenaran. Bahkan, dalam konteks pilpres 2014, cibiran dan kicauan-kicauan bernada sinis terhadap kebenaran yang melekat pada Jokowi masih terus berlanjut walaupun KPU telah menetapkan kemenangan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline