Lihat ke Halaman Asli

Keseragaman atau Keberagaman

Diperbarui: 24 Juli 2019   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber:whatswithinu.com

Seragam, kalau dengar kata itu saya biasanya langsung teringat jaman sekolah dulu. Sejak SD sampai SMA ke sekolah tiap hari harus memakai pakaian seragam. 

Seragamnya ga tanggung-tanggung, kembaran dengan ratusan ribu bahkan jutaan anak sekolah lain di seluruh Indonesia. Anak SD di seluruh Indonesia pakaiannya sama, kemeja putih dan celana/rok merah. 

Modelnya pun sama persis, tidak diperbolehkan untuk tampil 'nyeleneh' dengan menambahkan aksen renda-renda misalnya, atau model lengannya diganti jadi mengembang. Tidak boleh, harus sama.

Keseragaman dituntut tidak hanya baju dan rok, tapi juga sepatu, kaos kaki, topi, dan dasi. Sepatu harus hitam, dan kaos kaki harus putih. Tidak boleh ada warna-warninya. Hal itu berlanjut terus sampai kita menamatkan pendidikan SMA. 

Yang artinya dari usia 6 tahun, sampai 18 tahun. Selain pakaian, model rambut juga diatur, baim panjangnya maupun warnanya. Jangan coba-coba mewarnai rambut saat masih sekolah. Anak laki-laki juga harus rutin mencukur rambutnya, jangan sampai kepanjangan, nanti bisa dibotakin sama guru BP.

Saya pernah bertanya kepada orangtua dan guru saya. Apa tujuannya kita harus memakai seragam seperti itu? Jawabannya memang cukup masuk akal dan tujuannya baik. Yaitu agar tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin. 

Semuanya berpakaian sama dari ujung kepala sampai ujung kaki. Selain itu pakaian seragam juga dimaksudkan untuk melatih kedisiplinan siswa dalam berpakaian. Harus sopan, rapi, dan teratur.

Itu adalah kebijakan, dan pemikiran yang mendasarinya. Namun, seperti halnya semua kebijakan yang ada, pasti ada dampak positif dan negatif dalam penerapannya. Pernahkah kita berpikir kenapa anak-anak SMA yang baru lulus merayakannya dengan mencoret-coret baju seragam mereka pakai cat warna-warni. 

Atau, berdasarkan pengalaman saat lulus SMA dulu, teman-teman saya banyak yang langsung mengecat pirang rambutnya, awbagai tanda kebebasan atas aturan yang mengekang mereka selama belasan tahun.

Kita bandingkan dengan beberapa negara maju, khususnya di luar Asia, anak sekolah tidak memakai pakaian seragam. Mereka pergi ke sekolah dengan menggunakan pakaian bebas seperti layaknya anak kuliahan di negara kita.  

Mungkin banyak yang berargumen, yah, tidak bisa dibandingkan begitu, karena disana negara maju dimana kemampuan ekonomi masyarakatnya merata. Jadi relatif tidak ada isu soal jurang antara si kaya dan si miskin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline