Lihat ke Halaman Asli

Ibnul Fadani

Penulis | Pembaca | Atlet

Hujan dan Kenangannya

Diperbarui: 6 Juni 2023   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di dalam hatiku yang kelam,
Kurangkai kata menjadi puisi,
Tentang rindu hujan dan kenangannya,
Di sini ku hadir, terluka karena cinta yang kian terasa.

Dalam kehampaan malam yang sunyi,
Embun menari di jendela gelap,
Aku rindu hujan yang mengalir,
Seperti air mata yang tak pernah kering.

Kenangan itu datang dan pergi,
Bagai hujan yang lembut membasahi tanah,
Namun kini ia menjadi duka,
Yang menusuk hatiku tanpa henti.

Aku terperangkap dalam perangku,
Cinta yang tak berbalas menghantuiku,
Di setiap rintik hujan yang jatuh,
Saatku memandang langit yang mendung.

Kenanganku bermain di antara tetesan,
Seperti cinta yang telah ku pendam,
Namun dalam kerinduan yang dalam,
Ku terluka karena mencintai diriku sendiri.

Hujan jadi saksi bisu bagiku,
Akan kerinduan yang tak terucapkan,
Dalam air mataku yang tercampur rindu,
Aku mencari arti cinta yang hilang.

Pada setiap jatuhnya butir hujan,
Aku merasakan kesepian dalam sanubariku,
Terombang-ambing oleh kenangan yang kini tandas,
Kusadari bahwa cintaku tak pernah terbalas.

Dalam sepi malam yang pilu,
Hujan masih tetap mengalir,
Sedangkan aku, masih terjebak dalam rasa rindu,
Rindu hujan dan kenangan yang tak pernah sirna.

Namun dalam kepedihan dan kesendirianku,
Aku belajar untuk merangkul diri sendiri,
Kuubahkan hujan yang rindu kini menjadi penyembuh,
Melalui puisi yang menenangkan hati.

Meskipun aku terluka karena cintaku sendiri,
Aku tahu bahwa rindu hujan dan kenangan,
Membawa hikmah dan pelajaran berharga,
Untuk tumbuh dan mencintai diriku dengan lebih dalam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline