Lihat ke Halaman Asli

Carni Trisnawati

Praktisi Pendidikan, Speaker, Juru Kisah/ Pendongeng, MC

Memaknai Hari Pendidikan Nasional sebagai Representatif Nilai-Nilai Nasionalisme

Diperbarui: 2 Mei 2024   11:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar: Pendidikan Karakter Melalui Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (Dok. pribadi)

Pendidikan merupakan salah satu pilar pembangunan nasional. Pendidikan menjadi fondasi utama dalam kehidupan. Pendidikan secara umum dan pendidikan agama merupakan satu kesatuan yang saling melengkapi untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dan tercantum pula dalam amanat pembukaan UUD 1945 yang berbunyi "mencerdaskan kehidupan bangsa", yang tentunya menjadi tanggungjawab kita semua.

Momentum hari pendidikan nasional bukan hanya sebatas selebrasi tahunan yang rutin dan diperingati setiap tanggal 2 Mei pada setiap  tahunnya. Sejarah mencatat bahwa penetapan 2 Mei sebagai hari pendidikan nasional, tidak terlepas dari sosok Ki Hajar Dewantara (Raden Mas Soewardi Soerjaningrat) sebagai tokoh dan pencetus pendidikan di Indonesia. Dengan nalar kritis dan pemikiran tentang pentingnya pendidikan untuk seluruh masyarakat Indonesia (kala itu) diperlukan secara komprehenship agar bangsa Indonesia maju. Pendidikan yang kala itu hanya terbatas pada golongan tertentu, yakni masyarakat kalangan atas yang memang terjadi klasifikasi sosial. Sebagai seorang jurnalis beliau menuangkan kegelisahannya dalam tulisan-tulisan yang kritis dalam majalah dan mesia masa, sehingga beliau sempat diasingkan ke luar negeri.

Pemikiran beliau yang terkenal yaitu;

1. Ing Ngarso Sung Tulodo, yang berarti "di depan seorang pendidik harus memberi teladan dan contoh tindakan yang baik"

Dalam Islam sebaik-baik contoh/ teladan adalah Nabi Muhammad SAW, sebagai seorang Rosul beliau sudah tentu memiliki akhlak dan pribadi yang baik.  Sehingga sebagai pendidik haruslah bisa menjadi contoh dan teladan untuk peserta didik. Seorang pendidik sejatinya adalah insan pembelajar sepanjang hayat, karena tatkala akan memberikan pelajaran maka haruslah paham terhadap bahasan yang akan disampaikan kepada peserta didik. 

2. Ing Madyo Mangun Karso, yang berarti "di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide"

Hal ini berhubungan dengan kreasi dan inovatif. Seorang pendidik diharapkan mampu menjadi pemantik ide/ gagasan dan menjadikan peserta didik bernalar kritis terhadap pendidikan dan sosial secara umum, peka terhadap konsidi lingkungan dan  empati.

3. Tut Wuri Handayani, yang berarti "Di belakang, pendidik harus bisa memberikan dorongan atau arahan"

memberikan motivasi dan pemahaman kepada peserta didik adalah langkah awal yang harus dilakukan saat memulai KBM (kegiatan Belajar Mengajar) yaitu tujuan dari setiap tema dalam mata pelajaran. Hal tersebut menentukan kemana arah tujuan pembelajaran sehingga peserta didik paham akan output yang harus diperoleh tatkala pelajaran telah selesai. 

Rasa nasionalisme peserta didik harus terus dipupuk setiap hari agar memahami hakikat pendidikan dan bersyukur atas kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan. Belajar dengan sungguh-sungguh dan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang maju merupakan salah satu bentuk perjuangan di masa kini untuk seorang peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintahan. Sejarah mengajarkan kita untuk melihat kebelakang untuk bisa memperbaiki kekurangan dan mencari solusi dari setiap masalah dan fenomena secara bijak dan komprehensif. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline