Lihat ke Halaman Asli

11 Tahun

Diperbarui: 24 November 2022   00:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo! Namaku Nanda. Hari ini aku akan mrngikuti wawancara di salah satu perusahaan ternama impianku. Akan tetapi, karena lalu lintas yang padat, aku harus berlari ke tempat wawancara agar tidak terlambat. Setelah sampai di perusahaan impianku, aku pun segera menuju ke ruang wawancara. 

Tiba-tiba, aku menabrak seseorang yang aku yakini adalah seorang pria. Pria tersebut mengenakan jas hitam dengan celana panjang rapi yang membuat dirinya terlihat elegan sekaligus berkelas.

"Eh aduh maaf! Saya tidak sengaja menabrak anda." Kataku sambil menunduk sopan. "Iya tidak apa-apa, apakah kamu baik-baik saja?" Ucapnya memastikan aku baik-baik saja. Aku pun segera berdiri tegak dan memandangnya, ingin mengatakan bahwa aku baik-baik saja. Akan tetapi, setelah mata kita bertemu, seketika hal yang ingin aku ucapkan tadi seperti tertahan, aku terpana melihat dirinya. 

Pria di depanku ini memiliki perawakan tinggi dengan wajah tampan yang sangat sesuai dengan tipe pria idamanku. "O-oh iyaa saya baik-baik saja, bagaimana dengan anda?" Tanyaku khawatir. Dia pun menjawab dengan lembut "Gapapa. Lain kali lebih berhati-hatilah!" "Mengapa kau sangat tergesa-gesa tadi?" Setelah pria di depanku ini menanyakan pertanyaan tersebut, aku pun tersadar bahwa aku hampir terlambat mengikuti wawancara.

Dengan panik, aku menjawab "Ah iya! Saya akan mengikuti wawancara hari ini dan saya hampir terlambat jadi saya berlari agar sampai tempat waktu." "Jangan panik, yang akan mewawancarai kamu nanti itu saya." Ucapnya santai sambil melontarkan senyum yang indah kepadaku. 

Dia mengajakku untuk memasuki ruang wawancaranya dan menyuruhku agar santai saja saat diwawancarai. Setelah selesai wawancara, aku merasa lega karena yang mewawancarai ku baik, tetapi timbul juga suatu perasaan yang sulit ku jelaskan. Sepulang dari wawancara, aku merasa bodoh karena lupa menanyakan siapa nama pria yang mewawancaraiku tadi dan berharap agar bertemu dengannya esok hari.

Keesokan harinya, aku di telepon oleh perusahaan tempat aku wawancara kemarin dan mereka mengatakan bahwa aku diterima! Aku merasa sangat senang dan segera bersiap-siap untuk datang ke perusahaan tempatku bekerja sekarang. Sesampainya disana, aku segera naik lift ke lantai 6 dan menghampiri bos ku. 

Ketika aku membuka pintu ruangan bos, aku terkejut karena melihat pewawancaraku kemarin duduk di kursi CEO. Dia yang menyadari bahwa aku terkejut pun segera berkata "Terkejut ya? Hehe masuklah dulu." Setelah aku masuk dan duduk di dalam ruangannya, dia melanjutkan "Sebenarnya kemarin itu yang mewawancaraimu harusnya teman saya, tapi saya memberitahu dia bahwa saya yang akan mewawancarai kamu. 

Perkenalkan, saya Tior Tugasea, CEO dari perusahaan Nirmana Terang. Kamu akan menjadi sekretaris saya hingga 5 tahun ke depan. Semoga kita bisa menjalin kerjasama yang baik ya" Katanya sambil menjabat tanganku. Masih terkejut, aku berkata "Y-ya semoga kita bisa menjalin kerjasama yang baik. Terima kasih sudah memilih saya untuk menjadi sekretaris anda." Tior mengangguk dan meminta aku untuk melakukan pekerjaanku sebagai sekretaris pribadinya.

Tidak terasa, 4 tahun pun berlalu, kini hubungan kami sudah semakin erat dan kerjasama kami sangatlah baik. "Apakah aku boleh memperpanjang kontrak ini agar menjadi sekretaris anda hingga 10 tahun kedepan, Ko?" Ya, kalian tidak salah mendengarnya. Sekarang aku memanggilnya dengan sebutan 'ko' yang berarti kak karena dia 11 tahun lebih tua daripada aku. "Tidak." Jawabnya, mendengar hal tersebut, aku pun merasa kecewa dan bertanya "Koko gamau kerja bareng aku lagi ya?" sambil menahan tangis. 

"Bukan begitu, Nanda..", "Lalu bagaimana? Aku tidak rela koko mempunyai sekretaris baru dan melupakan aku begitu saja. Bolehkan aku meminta koko untuk mengerti perasaanku sedikit?" Dengan santai, Tior menjawab "Bagaimana aku tahu bagaimana perasaammu kalau kamu tidak mengungkapkannya, Nanda?". Nanda membulatkan tekadnya dan berkata "Baiklah, aku akan mengakuinya kali ini.. Aku menyukaimu, Ko!" "Aku menyukaimu juga, Nanda!" katanya sambil mendekatiku. "Maka dari itu, aku tidak mau kau tetap menjadi sekretarisku, aku ingin kamu menjadi pacarku dan teman hidupku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline