Lihat ke Halaman Asli

Akibat Salah Langkah, Krisis di Eropa Makin Parah

Diperbarui: 7 Februari 2023   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para pengunjuk rasa menuntut kenaikan upah dan langkah-langkah lain untuk mengurangi kenaikan inflasi di Paris, Perancis, Minggu (16/10/2022). (AP PHOTO/AURELIEN MORISSARD via KOMPAS.com)

Uni Eropa pada saat ini tampak mengalami dilema yang besar, sulit untuk terus maju melangkah dan sekaligus akan menjadi malu jika harus berbalik. 

Utamanya, para pemimpin di negara-negara itu tentu menjadi bingung untuk memilih jalan berganda di depan mereka yang cukup sulit, yaitu selain dihadapkan langsung pada tekanan NATO untuk menghadang Rusia.

Tetapi bersama juga sekaligus merupakan beban berat karena sedang mengalami krisis energi dan sekaligus masih harus mengalami laju inflasi yang begitu tinggi. 

Di lain pihak, jika harus melakukan langkah untuk pemulihan, setidaknya agar kondisi ekonomi dapat kembali ke tingkat aman.

Hal tersebut juga menjadi sangat tidak mudah, karena kondisi kehidupan warga masyarakat yang menyesakkan itu masih diperberat dengan adanya gelombang demonstrasi, yang kenyataannya memang terus makin memojokkan kebijakan para petinggi negaranya dalam membela Ukrania dan sekaligus mengalami kemacetan dalam roda industri dalam negeri. 

Beban kepentingan politik yang berat itu dapat disebut sebagai akibat dari melakukan pilihan awal yang salah, kurang perhitungan dan terasa egosentris. 

Artinya, dasar-dasar anggapan untuk menekan Rusia, yang bahkan sudah dilakukan sejak sebelum penyerangan pada Februari 2022, pada kenyataannya justru bukan merupakan pilihan yang tepat, bahkan seperti condong membela kepentingan Amerika Serikat, walaupun sebetulnya bukan merupakan ancaman yang signifikan. 

Kondisi pemulihan dari tekanan pandemi Covid-19 yang sebetulnya memerlukan kebersamaan dari berbagai negara dengan kekuatan besar justru seperti disingkirkan begitu saja, karena memang ada keinginan untuk mempertahankan hegemoni dunia yang dipegang Amerika Serikat dan didukung Eropa itu malah dipilih dengan strategi yang kurang tepat. 

Dengan demikian, langkah tersebut dapat dikatakan seperti melakukan serangan kepada fatamorgana atas ancaman Rusia maupun tekanan bisnis dari negara China.

Kekuatan yang digerakkan untuk menghadapi bayang-bayang ancaman yang masih bersifat warisan stereotip, yaitu antara Barat dan Timur, pada kenyataannya seperti telah banyak dicurahkan untuk membuat lubang perlindungan yang salah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline