Lihat ke Halaman Asli

Sedekah Itu Tak Perlu Mahal

Diperbarui: 27 Desember 2021   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Ketika berselancar dengan mesin pencari, saya mendapatkan informasi tentang sedekah sampah. "Sampah untuk sedekah?", pikir saya. Bagaimana ceritanya? Selama ini orang bersedekah dengan sesuatu yang baik dan dicintai. Sedekah itu, maaf, terkadang terkesan sangat eksklusif. Mengapa? Mereka yang disyaratkan bersedekah adalah orang yang berkelebihan pendapatan. Sebagian kecil dari rizki harus dikeluarkan. 

Kadar bersedekah bebas, kecuali kalau itu zakat. Karena bebas, orang-orang kaya santai saja bersedekah dengan jumlah yang fantastis. Bahkan, sebagian mereka tidak masalah misalnya menyedekahkan mobil, perhiasan, dan uang tabungan yang telah bertahun-tahun tersimpan. Sebagian mereka merelakan begitu saja, sebagian lainnya mengharap "return" yang lebih besar. 

Nah, pegiat sedekah sampah ini, namanya Ananto Isworo, ingin mengubah persepsi sedekah yang terkesan eksklusif menjadi inklusif. Niatnya, orang-orang yang kurang berkecukupan tetap bisa bersedekah. Sehingga, bursa sedekah itu tidak dimonopoli oleh orang-orang berduit. Persoalannya, bagaiaman cara paling efektif agar sedekah itu bisa dilakukan siapa saja? 

Akhirnya, Ananto menemukan cara yaitu, sedekah sampah. Oleh Ananto, orang-orang diminta mengumpulkan barang-barang bekas, kemudian dikumpulkan di masjid. Takmir akan memilah sampah-sampah itu. Setelahnya, sampah-sampah itu dijual dan hasilnya untuk beasiswa anak-anak tidak mampu, santunan sembako untuk janda, dan bantuan bagi mereka yang sangat membutuhkan. 

Gerakan sedekah sampah yang ada di Masjid Al-Muharam, Kampung Brajan, Yogyakarta selain dapat mefasilitasi kelas menengah ke bawah untuk bersedekah juga merupakan sarana untuk menjaga kelestarian lingkungan. Gerakan semacam ini juga saat ini dapat ditemukan di tempat-tempat berbeda.

Pelajaran berharga dari gerakan ini adalah sedekah itu tak perlu mahal. Kita bisa mulai dari mengumpulkan sampah. Jika gerakan ini menjadi kesadaran kolektif yang lebih luas maka saya yakin semakin banyak orang tertolong dan lingkungan semakin lestari. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline