Lihat ke Halaman Asli

Moi dan Kewaktuan Pemikiran (Catatan di Ruang Demokrasi)

Diperbarui: 13 April 2019   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

By. Bustamin Wahid                                 Lecturer Sosiologi Maritim

Kita kembali mendengar dan cermati cerita yang kuno dan tua. Cerita identitas dan pemikiran sama persis kita berada dalam wawasan filsafat sejarah. Jika klaim Eropa terutama Jerman dengan luaran nalar yang di bangun Hegel dan mungkin menjadi pembeda di timur dengan paradigma sejarah yang dirunut Murthada Mut'ahrri.

Orang MOI ribuan tahun dahulu sudah mengagumi yang namanya kecerdasan, rumah adat kambik tempat berdayu-dayu gagasan dan perdebatan keilmuan.

Mereka meyakini tradisi pendidikan sebagai mimbar kebebasan utk mengenali diri dan memelihara mental utk berubah dan menjadi. Tidak sekedar tahu tapi jauh dari itu bagamain mereka memulai dan mengakhiri dengan sasaran memuliakan manusia, nadanya adalah humanis.

Ada fakta baru tentang realitas demokrasi, manusia diperhadapkan dengan dunia pilkada dan mereka pun sedikit tersisih dari alam yang mereka hidup dan jaga. Kerelaan yang berat, peradaban itu harus cepat dikembalikan tampan merusak struktur dan norma yang mereka genggami. Kadang logika kesuksesan adalah mereka yang mengendalikan kekuasan yang diperjuangkan oleh demokrasi.

Kekuasaan tidak beda seperti orang yg penakut harus dikawal dengan senapan lengkap, petugas bergentayangan di mana karena alasan kuasa. 

Hei... Penguasa bukan sekedar urusan berapa banyak kehadiran untuk menyapa tetapi kehadiran yang bisa membangkitkan mentalitas rakyat utk bergegas berubah. Jangan berlaku taravelling dan kenikmatan dirindukan sedangkan mental rakyat terjepit.

Kini demokrasi tidak lagi menyampaikan subtansi tetapi keseringan baliho, spanduk dan  sejenisnya sehingga keseringan demokrasi terlihat seperti dekorasi saya ingat pesan-pesan Basri Amin dalam satu cacatan.

Kita serius dan membutuhkan kesabaran untuk mengembalikan "PERADABAN MOI YANG TUA", walau ide-ide peradaban itu dicurigai dan dituduh sesaat.  Kita meyakini dengan mempersiapkan diri dan bicara kepada halayak tentang jalan pencerahan yang kita miliki. 

Akan lahir satu pertanyaan, mungkinkah sejarah akan berulang? Sejarah mungkin saja kembali terjadi jika tetapi berbeda episode dan waktu. Kebangkitan peradaban barat adalah satu kerinduan atas Kepergian imperius Yunani yang ratusan abad runtuh, dan mereka katakan bahwa mereka menemukan anak mereka yang hilang.

Rutinitas untuk menjaga daya nalar adalah tugas orang-orang MOI yang mentradisi. Meta daya itu tercermin dalam kesertan orang MOI dalam pendidika Kambik, penulis menyebutkan pendidika. Adat Kambik adalah mimbar dan kebebasan intelektual orang MOI dalam tiap-tiap episode.

#bersambung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline