Lihat ke Halaman Asli

Bung Amas

Kolektor

Era Digitalisasi dan Konsekuensi Demokrasi

Diperbarui: 20 Oktober 2019   18:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demokrasi di era digital| Sumber: www.freepik.com dengan penambahan edit dokumentasi pribadi

SELALU ada inovasi, kejutan, dan kehebohan di dunia digital. Demokrasi kita dimudahkan dengan akselerasi digital. Sayangnya, era digital tidak dimanfaatkan betul untuk kemaslahatan bersama, karena yang terjadi malah deviasi.

Demokrasi di era digital melahirkan carut-marut. Program pemerintah yang seharusnya disosialisasikan melalui instrumen digital. Malah kebanyakan tidak berjalan optimal. Entah apa kendala utamanya.

Era digital mestinya memacu pemerintah kerja cepat dan transparan. Begitu pula masyarakat. Agar masyarakat tidak kesulitan mengakses informasi. Publik bisa mengetahui program pemerintah. 

Situasi saat ini menjelaskan bahwa masih ada yang macet. Ada kesenjangan, antara harapan dan kenyataan.

Lalu siapa yang disalahkan? Kalau pemerintah tidak agresif bekerja. Tentu yang akan menolong pemerintah adalah keseriusan dan kerja tim. Era digital membuat sesuatu yang dekat, menjadi jauh. 

Keunggulan digital layaknya dimanfaatkan. Digitalisasi idealnya memotong spasi antara pemerintah serta masyarakat. Bukan menciptakan tembok kokoh.

Ulasan selanjutnya. Terkait insiden postingan kontroversi dan konten yang viral di jejaring sosial media, menjadi catatan hitam. Tak jarang melahirkan tragedi. 

Kalau beruntung, Anda mendapat pujian. Bila ditimpa sial, Anda akan dicaci atau dicibir. Bahkan sampai-sampai Anda dilaporkan ke pihak berwajib karena kelalaian.

Ada pula yang melahirkan perhatian. Membuat publik ramai-ramai bersimpati. Kadang lucu, ringkasnya dunia digital itu "berwajah ganda". Seperti viralnya video baru-baru ini. Dimana ada pertemuan Jokowi dan Prabowo di Istana yang unik.

Lalu terlihat Bang Ali Mochtar Ngabalin yang mau masuk ruangan pertemuan. Sayangnya tidak diperkenankan masuk. Judulnya, "Detik-detik Ali Ngabalin Diusir dari Istana". 

Lucu-lucu menggelitik. Luar biasa, perkembangan dunia digital dewasa ini. Membaca siklus itu, harusnya para pengguna digital tidak perlu serius-serius amat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline