Lihat ke Halaman Asli

Khoirul Muttaqin

IG: @bukutaqin

Malam Minggu Kami Bercerita Buku "Perempuan di Titik Nol"

Diperbarui: 11 Oktober 2021   16:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerita buku/Dokumen pribadi

"Sepuluh hari sebelum Firdaus dieksekusi mati. Seorang psikiater menemuinya di dalam penjara. Firdaus dianggap sebagai tahanan paling istimewa karena tidak pernah rewel saat berada di sel. Apalagi memberontak hingga membuat gaduh, tidak pernah. Firdaus juga tidak membela dirinya agar terbebas dari hukuman. Padahal saat itu ada yang paham jika Firdaus sebenarnya tidak bersalah," kata Dewi Asrofinaim, saat kami mulai melakukan cerita buku bersama.

Cerita buku malam ini (9/10) adalah pertemuan ke empat belas. Namun jangan dikira apabila kami rutin melakukannya. Kegiatan kami sempat vakum dalam waktu yang cukup lama. Alasannya tentu, karena covid-19 menyerang negeri kita dan beberapa kesibukan di antara kami. Namun tak apa-apa, toh akhirnya bisa berkumpul lagi dan bercerita buku.

Jika sebelum-sebelumnya perkumpulan diadakan di warung kopi. Kali ini melakukannya di emperan rumah. Tepatnya adalah rumah Leny yang berada di Deyeng, Kecamatan Ringinrejo, Kabupaten Kediri.

Pada saat sesi cerita buku, sembilan orang di antara kami mendengarkan Dewi yang menjadi pencerita. Buku yang diceritakan berjudul Perempuan di Titik Nol karya Nawal As Sa'dawi. Sebuah buku tipis bersampul merah yang sempat populer karena isinya yang "menyentuh".

Cerita buku

Dewi/Dokumen pribadi

Sambil santai-santai ditemani kerupuk dan gorengan, Dewi menjelaskan apabila dalam buku yang baru ia baca, terdapat tokoh perempuan bernama Firdaus. Tokoh ini adalah tokoh utama yang menjadi inti buku.

Firdaus memiliki keluarga yang sangat miskin. Saking miskinnya, mereka tidak mampu mencukupi kehidupan Firdaus. Sehingga orang tua terpaksa menitipkannya pada kerabat. Salah satu keluarga yang dikenal sangat agamis, dan Firdaus tumbuh di keluarga pamannya.

Hanya saja saat berada di rumah pamannya, Firdaus yang masih polos tidak sadar jika dalam momen yang cukup sering, ternyata dirinya telah dilecehkan. Pamannya sendiri yang melakukan pelecehan seksual pada Firdaus. Namun ia menikmati aksi cabul pamannya karena tidak menganggap hal itu sebuah kejahatan. Firdaus tidak mendapat pendidikan seksual sekalipun keluarga itu dikenal sangat religius. 

Pada suatu titik tertentu, akhirnya Firdaus dinikahkan dengan orang lain. Ada banyak hal yang melatarbelakangi, salah satunya karena istri pamannya marah. Lalu Firdaus akhirnya pindah ke rumah suaminya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline