Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Wisata Bhinneka ke Kawasan Cilincing, Wisata Jiwa dan Raga

Diperbarui: 27 Maret 2023   23:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Flyer Kotekatrip-4 (Dok: Koteka)

Mesjid Al Alam dan Pelabuhan Nelayan Cilincing (Dok: pribadi)                                                                            

Awalnya saya membaca postingan mbak Gana Stegman, Ketua Koteka (Komunitas Traveler Kompasiana) di wag (whatsapp group) admin komunitas-komunitas yang berada di bawah naungan Kompasiana seperti dalam foto flyer. Koteka akan mengadakan kegiatan Kotekatrip ke-4 yaitu berupa walking tour: 'Wisata Bhinneka Cilincing, spesial perayaan Melasti.' Walking tour keempatnya ini akan menempuh rute yaitu: Masjid Al Alam Cilincing, Pelabuhan Nelayan Cilincing, Rumah Abu Wan Lin Chie, Kelenteng dan Vihara Lalitavustara, Tempat pembakaran mayat (Krematorium) Cilincing, Pura Segara serta melihat perayaan Melasti.

Pagoda (Dok: Pribadi)

Di depan Pagoda (Dok: Ira Latief)

Rumah Abu (Dok: Pribadi)

Di Vihara Kelenteng dg latar belakang Pagoda (Dok: Ira Latief)

Perayaan Melasti itu sendiri merupakan perayaan Agama Hindu yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas umat Hindu agar lebih menaruh perhatian lagi kepada kelestarian alam lingkungan. Hal lain yaitu menghilangkan sifat merusak yang ada pada diri manusia, agar tidak menimbulkan kerusakan terutama kerusakan terhadap alam lingkungannya. 

Di dalam rumah abu, tampak deretan kotak-kitak tempat penyimpanan abu jenazah (Dok: Pribadi)

Perayaan Melasti terdiri dari prosesi iring-iringan, prosesi ritual pembersihan di depan pintu masuk pura, pensthanaan (berarti penempatan atau tag lokasi) di linggih atau tempat yang sudah tersedia, pembacaan doa-doa oleh Pandita, mekobok (artinya adalah suatu tindakan yang mengacu pada suatu tindakan atau aktivitas untuk membersihkan sesuatu dengan cara menggosok-gosokkan sesuatu dengan kuat), persembahyangan bersama dan melakukan Banten Prani, yang berarti upacara atau ritual yang dilakukan sebagai penghormatan kepada makhluk hidup, baik manusia maupun hewan dimana dalam upacara ini dilakukan pembakaran sesaji atau persembahan berupa nasi, bunga, dupa dan kemenyan sebagai tanda penghormatan dan ucapan terima kasih atas keberadaan makhluk hidup yang telah memberikan manfaat bagi manusia, pada sore harinya.

Rumah abu di bangunan yg kedua  dg dupa to God di depannya (Dok: Pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline