Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

Memaafkan Itu Berpahala dan Juga Menyehatkan

Diperbarui: 13 Mei 2021   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi proses memaafkan (dok: health.kompas.com)

Dalai Lama pernah memberi pesan menarik,"Love your enemies, no exceptions." Dimana dalam kalimat tersebut mengandung arti yang sangat dalam. 

Mencintai musuh, berarti segala maaf telah diberikan kepada yang dicintainya itu, ya musuhnya itu. Hal ini sangat sulit dilakukan karena kalau sudah menjadi musuh, ya sudah tidak bisa seakrab sebelum jadi musuh. Bahkan mungkin sudah tidak ada dalam daftar pertemanan kita.

Dalam Islampun sebenarnya ada panduan untuk perbuatan yang sulit ini - memaafkan atau dimaafkan, yaitu seperti tertuang dalam Alquran surah Al A'raf: 199, dimana dikatakan,"Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh." padanannya adalah menjadilah orang yang pemaaf, karena bila tidak maka dapat dikategorikan sebagai perbuatan orang-orang yang bodoh.

Di ayat lain dikatakan sebagai berikut,"Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampunimu? Dan Allah adalah maha pengampun lagi maha penyayang." Ayat ini termaktub dalam Alquran surah An-Nuur ayat 22.

Dalam beberapa hadistpun termuat keterangan-keterangan yang menekankan tentang sangat pentingnya urusan maaf-memaafkan ini.

Hadist pertama, Rasulullah SAW menyatakan bahwa jika hari kiamat tiba kelak dan akan terdengar suara panggilan diserukan,"Manakah orang-orang yang suka mengampuni dosa sesama manusianya? Datanglah kamu kepada Tuhanmu dan terimalah pahala-pahalamu, dan menjadi hak setiap muslim jika ia memaafkan kesalahan orang lain untuk masuk surga." Hadist ini diriwayatkan oleh Adh-Dhahak dari Ibnu Abbas r.a.

Sementara hadist berikutnya menyatakan tentang,"Barang siapa memaafkan saat ia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan." Hadist ini diriwayatkan oleh Ath-Thabrani.

Manusia memang tempatnya, atau bahkan gudangnya salah dan khilaf, sehingga potensi berbuat kesalahan sangatlah besar. Potensi berbuat kesalahan ini biasanya, nantinya akan didahului dengan perlunya ada pihak yang menyatakan kesalahannya lalu muncullah perlunya permintaan maaf di situ.

Tapi tidak semua berjalan sesuai protap (prosedur tetap) seperti itu. Karena banyak faktor, protap ideal tersebut lebih sering jarang dilakukan. Padahal pula memaafkan itu menyehatkan lho.

Seperti dilansir di artikel di sini, memberikan maaf itu dapat dianggap menyehatkan, karena berdasarkan hasil penelitian, memaafkan dapat berakibat pada hal-hal positif, yaitu: memiliki hubungan yang lebih sehat, kesehatan mental meningkat, tingkat cemas dan stres berkurang, menurunkan tekanan darah, meringankan gejala depresi, meningkatkan kekebalan tubuh dan meningkatkan kesehatan jantung.

Keren kan tuh ternyata banyak sekali manfaatnya. Pantas saja didalam Alquran dan Hadist hal ini sangat ditekankan. Mau dapat pahala? Mau sehat? Ayo kita memperbanyak meminta maaf dan memaafkan agar kitapun dimaafkan. Apalagi training kita selama satu bulan di bulan Ramadan yang baru saja kita lalui seharusnya dapat berkorelasi positif dalam hal meminta maaf dan memaafkan ini, terlebih lagi tanggal 1 Syawal dalam hitungan tahun Hijriyah ini diawali dengan ucapan-ucapan permintaan maaf kita di mana-mana. Tinggal ditunggu penerapannya saja. 

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1442 Hijriyah, Kami mohon dibukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya. Taqabalallahu minna wa minkum. Shiyamana wa shiyamakum.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline