Lihat ke Halaman Asli

Bugi Kabul Sumirat

TERVERIFIKASI

author, editor, blogger, storyteller, dan peneliti di BRIN

3 Alasan Dahulukan Kalkulator Saat Ramadan

Diperbarui: 19 April 2021   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengatur keuangan cermat dengan menggunakan kalkulaor (dok: minews.com)

Ramadan merupakan bulan penuh rahmat, penuh ampunan dan penuh maghfirah. Merugi mereka yang mendapat kesempatan masuk di Bulan Ramadan, tetapi tidak memanfaatkannya (pengecualian bagi mereka yang memang memiliki halangan yang memenuhi syarat sebagai halangan). Karena istimewanya, bulan inipun selalu ditunggu-tunggu kehadirannya oleh seluruh umat muslim di hamparan bumi ini.

Karena istimewanya, banyak hal perlu disesuaikan saat menghadapi datangnya bulan yang penuh barokah dan karunia ini, termasuk pengaturan keuangan di setiap rumah tangga (baca: termasuk pribadi-pribadi di dalam rumah tangga tersebut). Dalam hal ini, ada 4 (empat) alasan untuk umat muslim mendahulukan kalkulator saat Ramadan.

Alasan pertama adalah adanya pola hidup yang berubah. Pengertian pola hidup di sini adalah bahwa banyak faktor-faktor kehidupan kita yang berubah - terutama di negara-negara dengan mayoritas penduduknya adalah muslim. Di negara-negara yang penduduknya mayoritas non muslim, perubahan pola hidup tidak akan terasakan. Banyak hal menyesuaikan dengan bulan Ramadan ini. Perubahan-perubahan tersebut dapat terllihat dari perubahan jam masuk-pulang kerja/operasional kantor, aktivitas yang berubah mengingat menyesuaikan dengan aktivitas ibadah yang dilaksanakan di waktu malam. Hal ini kadang dikaitkan dengan menurunnya produktivitas kerja hingga menurun penghasilan yang diperolehnya.

Alasan kedua adalah adanya perubahan dalam pola makan. Pola makan sehari-hari memasukkan sahur dan berbuka yang waktunya telah ditentukan, yaitu dini hari dan magrib. Pola makan tambahan adalah adanya menu berbuka puasa. Bila dilihat dari waktu pelaksanaannya, sebetulnya pola makan di bulan Ramadan ini hanya menghilangkan waktu makan siang serta menarik lebih awal waktu makan pagi dan makan malam. Tetapi konsekuensinya sangatlah jauh perubahannya. Banyak menu-menu yang memang disengaja diadakan sebagai menu sahur, menu berbuka puasa dan menu makan malam. Perubahan ini memerlukan perhitungan yang lebih seksama bila kita ingin menyesuaikan dengan kemampuan kita dan untuk menghindari kesan berlebihan dari apa yang kita lakukan.

Alasan ketiga adalah adanya perubahan dalam gaya hidup. Ramadan, lebaran, dianggap sebagai satu paket yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Gaya hidup yang biasa dilakukan adalah menyiapkan persiapan makanan, kue-kue, barang hantaran (bila sudah termasuk menjadi kebiasaan yang rutin dilakukan), dan yang lebih sering nampak adalah pakaian-pakaian beserta aksesorisnya yang harus baru saat berlebaran. Perlu ekstra dana untuk menyiapkan hal-hal tersebut. Apalagi banyak yang melakukannya dengan setengah memaksakan diri termasuk saat memutuskan untuk mudik ataupun pulang kampung untuk berlebaran.

Tiga alasan di atas memerlukan pertimbangan dan perhitungan yang cermat untuk kita lakukan dalam menghadapi bulan Ramadan dari awal hingga berakhirnya nanti. 'Kalkulator Ramadan' harus digunakan secara ketat dan cermat bagi mereka yang memiliki keterbatasan dalam hal finansial, pun oleh mereka yang ingin tidak keluar dari jalur yang dianjurkan saat Ramadan, yaitu menahan diri, melawan hawa nafsu yang justru datangnya dari dalam diri sendiri tersebut. Apalagi memang demikianlah esensi puasa di bulan Ramadan ini, yaitu menahan diri, dari makan, minum dan berhubungan suami istri mulai terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Apalagi esensi puasa juga ditekankan untuk kita dapat menghayati bagaimana kaum tidak berpunya merasakan kekurangan dalam hidupnya hingga tidak dapat makan dan minum secara benar, hingga mengalami kelaparan.

Bila hidup kita tidak berdasarkan pada pengaturan keuangan yang baik saat Ramadan, boleh jadi yang muncul adalah justru lawan dari nilai-nilai puasa itu sendiri. Hidup kita jadi pemborosan, menggunakan uang yang tidak terlalu perlu hingga melakukan praktik lebih besar pasak dari pada tiang. Hingga solusi utamanya adalah meminjam uang dengan prinsip,'puasa hanya setahun sekali, tidak masalah pinjam uang, toh rejeki bisa dicari nanti setelah Ramadan berakhir.' Berhutang justru menjadi antitesis dari nilai-nilai luhur puasa di bulan Ramadan, dimana kita seharusnya harus menjunjung tinggi nilai-nilai kesederhanaan dan bukan sebaliknya.

Selamat mengatur keuangan di bulan Ramadan ini, yang sesuai dengan nilai-nilai Ramadan dengan mengedepankan menggunakan 'kalkulator' Ramadan. Kita harus dapat menggunakannya dengan perhitungan yang cermat untuk mencapai tujuan kita ber-Ramadan. Agar kita menjadi manusia yang lebih baik lagi pasca Ramadan, dan bukan sebaliknya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline