MAMPIR ke warung sekadar ngopi bisa bertambah pesanan. Memancing pembeli dengan memesan sepertiga nasi, lauk, dan sayur.
Ketika hampir menyelesaikan olahraga jalan pagi dan lewat di depan warung, sang penjual menyeru, "Mampir ...! Ngopi."
Saya masuk ke warung, lalu duduk. Secangkir kopi akan membantu menyegarkan pikiran. Sebelumnya, tidak jarang saya mampir ngopi dan ngobrol dengan penjual. Jadi, saya sudah mengenalnya.
Saya memesan kopi Liong, diseduh dan diaduk satu kali agar tidak terlalu manis.
"Sepi terus, gimana nih?" pemilik warung mengangsurkan secangkir kopi hitam. Wajahnya kusut.
Kopi hitam. (Dokumentasi Pribadi)
Pandangan saya menatap bangku-bangku kosong, padahal waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh. Menurut penjual, jam segitu sudah ada pembeli makan pagi atau sekadar ngopi.
Tiba-tiba sebuah gagasan liar mampir di kepala, "Begini, saya akan pancing agar pembeli berdatangan."
Saya berjalan menuju etalase. Sang penjual menganga lalu mengintil.
Jari saya menunjuk telur ceplok dan tahu sutera goreng, "Itu dan nasi sepertiga piring. Kasih sambal dan kecap."