Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Meski Kerja bagai Batu Loncatan, Tidak Berarti Kerja Santai

Diperbarui: 18 Juni 2023   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kerja santai. (Sumber: Muntazar Mansory dari Pixabay)

Senin pukul 9 pagi yang cerah. Duduk seorang pria usia 25 tahunan. 

Bibir menjepit sebatang rokok. Secangkir kopi menemani. Mata serius menatap gawai. Sepertinya ia sedang main gim. 

Hampir setiap pagi pada hari kerja ia nongkrong di depan.

"Libur. Atau....?"

"Dia pegawai bank keliling," sahut Emak penjual nasi uduk, lontong sayur, pecel, dan gorengan di halaman rumah.

Santai, ya? Apa tidak dikejar target atau penyelesaian pekerjaan?

Kemudian saya berbincang dengannya. Ternyata ia bekerja di satu perusahaan peminjaman uang (katanya, jangan mencantumkan nama) sebagai kolektor.

Dalam satu hari kantor menargetkan tagihan terkumpul sebanyak Rp3 juta. Pada praktiknya, pria lajang itu mampu menghimpun rata-rata Rp1,5 juta dari para peminjam, yang umumnya pelaku usaha ultra mikro.

Apabila ada nasabah yang kabur hilang taktentu rimbanya, sehingga utang tidak tertagih, maka sisa pokok ditanggung bersama oleh kolektor dan kantor.

Selain sebagai kolektor, ia bertugas menawarkan pinjaman kepada masyarakat. Sebagai kolektor sekaligus petugas lending (penyalur kredit).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline