Lihat ke Halaman Asli

Budi Susilo

TERVERIFIKASI

Bukan Guru

Naik Sepur Kluthuk hingga Menumpang Gerbong Pos

Diperbarui: 28 September 2022   15:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto sepur kluthuk oleh anaterate dari pixabay.com

Naik kereta api pada zaman dulu adalah tentang pengalaman yang sekarang hanya bisa dikenang.

Kereta api merupakan moda angkutan umum menyenangkan. Bagi saya. 

Memungkinkan untuk berjalan hilir mudik di dalam gerbong. Bisa merokok di bagian dekat WC.

Sepur Kluthuk

Kereta api ini benar-benar mengeluarkan api dan asap. 

Apabila menengok ke kepala kereta, muka akan hitam berkat asap hasil pembakaran kayu atau batu bara untuk memanaskan ketel. Uap memutar roda-roda besi.  Menghela kereta api di atas jalan besi.

Mungkin sekarang sebagian besar rel besi itu sudah tertutup aspal. Tertimbun tanah. Bahkan ditumpuki bangunan-bangunan.

Gerbong berwarna hijau tua. Dinding dan lantainya terbuat dari kayu (mungkin jati atau kayu keras kelas satu lainnya). Tempat duduknya dari rotan.

Sepotong ingatan yang berkelebat. Terkenang masa kecil naik kereta uap dari Bangkalan ke Kamal. Tahun 1970-an jarak sekitar 20 kilometer itu ditempuh menggunakan kereta.

Sepur Kluthuk yang juga menghubungkan sentra penambangan garam dan daerah penghasil tembakau Sumenep ke pelabuhan.

Dari ujung barat pulau Madura itu barulah orang dan barang menyeberang menuju pulau Jawa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline