Lihat ke Halaman Asli

Brian Prasetyawan

Guru SD, Blogger

Bersekolah (Seharusnya) Tidak Hanya Membuat Anak Jadi Pintar Akademis

Diperbarui: 11 Juli 2019   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: freepik.com

Perkembangan teknologi informasi, khususnya media sosial, tentu membantu dan memudahkan masyarakat dalam menyebarkan dan memperoleh informasi. Sayangnya sebagian masyarakat menggunakan media sosial tidak disertai dengan keterampilan dan karakter yang seharusnya dimiliki. 

Hal tersebut bisa ditunjukkan dengan beredarnya berita hoax yang masih terus beredar di masyarakat. Memangnya keterampilan apa yang seharusnya dimiliki ? Ada dua macam sudut pandang yaitu dari segi pemberi informasi dan penerima informasi.

Dari segi pemberi informasi, karakter yang seharusnya dibangun adalah niat untuk mempublikasikan berita yang benar adanya/sesuai fakta, tidak dipelintir atau dibumbui opini/penafsiran pribadi yang menjerumuskan. 

Saat ini semua orang bisa mempublikasikan berita/informasi dengan mudah dan gratis menggunakan blog. Namun sayangnya beberapa diantaranya memanfatkan blog untuk memposting berita hoax. Ada dua alasan mengapa berita hoax gencar dibuat. Pertama, berita hoax sudah menjadi semacam industri. 

Ada pihak yang meraup keuntungan finansial dari memproduksi berita hoax. Mereka hanya memikirkan pengunjung yang banyak menunjungi situsnya sehingga meraih banyak pendapatan. Kedua, berita hoax juga dibuat karena niat pribadi untuk memnyudutkan pihak tertentu.

Kemudian dari segi penerima informasi, keterampilan yang seharusnya dimiliki adalah menyaring dan mengecek kembali setiap informasi yang beredar. Saat ini kekuatan sharing di media sosial begitu besar. Penyebaran informasi bisa begitu cepat hingga berujung pada viralnya suatu berita/informasi. 

Sayangnya banyak berita viral yang belum tentu sesuai dengan faktanya. Namun karena berita tersebut begitu heboh, sebagian masyarakat menjadi langsung percaya. Mereka tidak mau repot-repot mengecek kebenarannya. Pemberi informasi hoax juga makin pintar dengan kemampuan edit gambar, audio, hingga video. Ini membuat masyarakat semakin sulit untuk menyadari apakah berita yang diterima itu hoax atau bukan.

Lebih lanjut, media mainstream yang seharusnya bisa menjadi sumber referensi yang valid, terkadang beberapa diantaranya ikut termakan berita hoax juga. Sekarang web portal berita banyak mengambil sumber dari media sosial. 

Padahal media sosial itu sarangnya berita hoax beredar. Seharusnya web portal berita bukan sekadar menyearluaskan berita yang sedang viral, tapi dilanjutkan dengan mengkonfirmasi apakah berita tersebut valid atau tidak. Memang, banyak juga web portal berita sudah memposting tulisan dengan tema konfirmasi  valid tidaknya suatu informasi. Sayangnya penyebaran konfirmasi tersebut masih kalah viral dibanding berita hoaxnya.

Maka, kita semua pun terkuras waktu dan energinya hanya untuk membahas berita hoax. Kita jadi lupa untuk membahas apa yang harus dilakukan untuk kemajuan Indonesia.

                                                                                                                                                               ****

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline