Lihat ke Halaman Asli

Brian Prasetyawan

Guru SD, Blogger

Berani Menulis Berkat "BOLA"

Diperbarui: 25 Oktober 2018   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabloid Bola (BOLA) lahir cukup jauh sebelum saya lahir. Saya hanya bisa menyimak cerita bahwa Bola awalnya adalah sisipan Harian Kompas. Sayangnya, meski BOLA sudah beredar sangat lama, saya baru "sadar" membaca BOLA di tahun 2009an atau saat harganya sudah Rp 5000. Saya cukup iri dengan kisah orang yang membaca BOLA sejak kecil, karena orang tuanya/saudaranya berlangganan bola. 

Masa kecil saya hanya diasup Harian Kompas yang dibawa Ayah saya dari tempat kerjanya. Tentu saya belum menegerti membaca Kompas. Paling untuk bahan kliping tugas sekolah. Namun jika ditanya kapan mengenal brand BOLA, saya tahu saat masa piala dunia 2002. Saat itu, entah darimana asalnya, di rumah saya terdapat majalah yang mengulas hasil  Piala Dunia 1998 terbitan BOLA.

Isi halamannya udah lepas-lepas entah kemana dan ada gambar yang digunting :(


 

Ada bonusnya, stiker Si Gundul yang legend banget. Untung masih ada sisanya

Di satu sisi BOLA bukan media cetak olahraga pertama yang membuat saya tertarik mengikuti berita sepak bola. Namun BOLA lah yang pertama kali membuat saya tertarik dan berani mengirim tulisan ke media cetak. Banyak rubrik yang menjadi sasaran mulai dari Olepedia, Ola-Ole, Suara tifosi, hingga yang paling prestige, Oposan. 

Saya amati dan pelajari tulisan-tulisan pembaca yang dimuat di berbagai rubrik tersebut. Saya juga mendapat ide setelah membaca artikel BOLA. Disitu saya mengalami proses belajar. Saya tidak mengincar hadiahnya. Tulisan saya berhasil dimuat saja sudah senang

Baca juga: Tulisanku dimuat Untuk Pertama Kalinya Di Media Cetak

Saya ingat betapa deg-degannya saya ketika sampai di kios koran dan mengecek apakah tulisan saya dimuat atau nggak.  Jika tulisan saya dimuat, saya tidak memotongnya dan menjadikan kliping. Tapi saya rawat edisi tersebut dengan memasukkanya ke plastik bening. Saat-saat seperti itu sungguh bermakna dan membekas.

Beberapa edisi BOLA yang memuat tulisan saya.

Berkembangnya media online menjadi alasan BOLA tutup. Media mingguan tentu kalah cepat memberitakan dibanding media online. Padahal sebenarnya BOLA menyajikan artikel yanglebih dalam sehingga membuat pembaca lebih "bergizi". 

Memang saya akui, saya juga sudah jarang membeli BOLA. Semakin jarangnya kios koran juga membuat susah mendapatkannya. Mungkin banyak diantara kita yang juga begitu, sehingga turut menjadi penyebab BOLA tutup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline