Lihat ke Halaman Asli

Edo Hendra Kusuma

Presiden of Asean Studies Forum

The Audrey's Effect

Diperbarui: 14 April 2019   00:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Lebih gampang kita melihat bagaimana seseorang melakukan kesalahan, daripada kita melihat sebab kenapa seseorang melakukan kesalahan tersebut".

Rasanya, satu pekan ini publik dihebokan dengan peristiwa seorang anak bernama Audrey mengalami bullying oleh tiga anak lain. Sontak, bermunculan tagar #SaveAudrey atau statement presiden Jokowi dalam banyak berita untuk mengusut tuntas kasus Audrey atau influencer yang datang memberikan perhatian kepada Audrey. Semua contoh dampak yang dihasilkan tidak ada yang salah, tetapi sudah adilkah jika hanya memberikan perhatian lebih kepada korban, tanpa kita memberikan perhatian juga kepada pelaku bullying.

Audrey sebagai korban dan pelaku, bagi penulis mereka semua adalah anak-anak bangsa, adik-adik kita semua, yang mempunyai hak sama mendapatkan perhatian dan penanganan pasca bullying itu terjadi. Di Amerika kita mengenal kisah seorang Gadis bernama Jemima Lyzell yang meninggal pada 2012 itu, mendonorkan jantung, pankreas, paru-paru, ginjal, usus halus, dan hati. Jemima meninggal dunia akibat neurisma otak, telah mendonorkan organ tubuhnya ke delapan orang yang berbeda. Aneurisma adalah munculnya tonjolan di pembuluh darah akibat lemahnya dinding pembuluh.

Dengan sadar orangtuanya mendonorkan 8 organ kepada 8 orang yang membutuhkan dan membuat mereka tetap hidup. Dari kisah tersebut ada pengakuan menarik dari orangtua Jemima "Semua orang ingin anak mereka istimewa dan unik, dan ini di antaranya yang membuat kami bangga", dari hal tersebut kita dapat melihat bahwa semua orangtua menginkan yang terbaik bagi anak-anaknya.

Dari kisah tersebut kita dapat mendaptkan gambaran tentang harapan semua orangtua untuk anak-anaknya. Rasanya orangtua Audrey dan orangtua pelaku juga mengingikan hal tersebut. Tanpa sadar bangsa ini berusaha untuk memperbaiki persoalan-persoalan yang menjadi perhatian publik, persoalannya dalam usaha perbaikan tersebut sudahkah negara, rakyat adil dalam bersikap.

Negara ini dilahirkan dari darah dan kegagahan para pejuang yang menghimpun semua perbedaan dalam satu nafas, bahwa negara ini harus merdeka. Perbedaan dalam pandangan dan penyikapan telah menjadi sunahtullah saat manusia diciptakan. Audrey dan pelaku adalah anak bangsa dan adik-adik kita, mereka masih punya harapan dan kesempatan menjadi anak-anak yang lebih baik dan berkontribusi untuk bangsa, agama ini.

Mereka membutuhkan perhatian yang sama, yang mereka butuhkan bukan diviralkan mana yang benar dan salah. Namun, pendampingan psikologis. Terlebih kasuh Audrey ini adalah pintu masuk untuk mereformasi pendidikan kita yang masih perlu banyak perbaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline