Lihat ke Halaman Asli

Bobby Triadi

Menulis sambil tersenyum

Sumpah Pemuda 2013: Pemuda Indonesia Tidak Boleh 'Cengeng'

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia





Sumpah Pemuda delapan puluh lima tahun silam, 28 Oktober 1928 merupakan gambaran sejarah tekad dari Pemuda Pemudi Indonesia untuk menyatukan tanah air, satu bangsa dan satu bahasa.

Peristiwa delapan puluh lima tahun silam itu, bukti otentik perjuangan panjang pemuda Indonesia, suatu kebulatan tekad untuk mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia dan menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaan saat itu.

Panjang lebar Moehammad Yamin menuliskan Rumusan Sumpah yang kemudian dibacakan pertama kali oleh Soegondo.

Heroisme Sumpah Pemuda delapan puluh lima tahun silam itu hendaknya dijadikan spirit bagi generasi muda sekarang untuk membangun negeri ini menuju negara yang besar dan disegani.

Kita pun harus sadari, setiap generasi memiliki persoalan dan tantangan berbeda. Musuh utama pemuda dan bangsa pada zaman itu adalah penjajah. Semangat heroisme mengusir penjajah dan merebut kemerdekaan, menjadi pekik yang tak terhenti disuarakan bahkan tertuliskan di tembok-tembok.

Kini kita berada pada era gadget, tantangannya pun jauh berbeda dan lebih sulit yakni mempertahankan apa yang telah diperjuangkan pemuda pemudi Indonesia delapan puluh lima tahun silam.

Semangat Sumpah Pemuda harus tetap menjadi inspirasi bangsa untuk terus bangkit, meraih kejayaan seperti yang pernah terukir di persada nusantara ini. Tantangan sekarang memang lebih beragam wujud dan coraknya. Korupsi, kemiskinan dan keterbelakangan merupakan deretan persoalan bangsa yang tak berujung.

Pemuda bangsa ini sekarang sedang mengalami problem ketidakpercayaan diri, pemuda bangsa tanpa kepercayaan diri tentu tidak menghasilkan produk-produk unggul. Keunggulan hanya diraih, jika pemuda bangsa memiliki kebanggaan terhadap bangsa dan negerinya sendiri.

Pandangan sinis terhadap negara, tentu merendahkan derajat dan martabat Indonesia dalam pergaulan antar bangsa. Inferioritas Indonesia dewasa ini menuntut kehadiran pemuda-pemuda yang cepat, tanggap dan trengginas. Pemuda yang tidak terhipnotis euforia politik yang penuh dengan cerita heroisme jalanan. Bangsa ini sesungguhnya membutuhkan semangat pemuda yang memberikan konstribusi moral, kultural dan intelektual yang diwujudkan dalam program konstruktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline