Lihat ke Halaman Asli

Bio Drajat Alamsyah

Mahasiswa Universitas Padjadjaran

Sudu dan Suam

Diperbarui: 31 Oktober 2019   08:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malaysia merupakan opsi yang saya pilih sebagai destinasi pertama yang saya rencanakan seusai Ujian Nasional dilaksanakan. 2 minggu sebelum keberangkatan, orang tua saya sudah mengurus segala kebutuhan saya disana. Karena hanya paspor saya yang sudah diperbarui, orang tua saya baru bisa menyusul 2 minggu kemudian, dan terpaksa saya harus berangkat sendiri.

Perjalanan sekitar 7 jam menuju bandara dan sampai di Kuala Lumpur sekitar jam 8 pagi. Saya dijemput oleh paman saya disana. Sedikit menegangkan, karena sempat dianggap sebagai WNI gelap yang akan mencari pekerjaan di Malaysia, petugas imigrasi menahan saya karena ia curiga saya akan mencari pekerjaan selama satu bulan kedepan.

"kau nak buat ape kat sini? Kerja ke? Melancong ke?"
(apa yang akan kamu lakukan disini? Apakah bekerja atau berlibur?)

Ketika akan menghubungi paman, koneksi wifi di airport terputus karena saya ada di area imigrasi airport tersebut. Singkat cerita akhirnya saya dibebaskan oleh pihak imigrasi dengan menunjukan tiket kepulangan ke Indonesia.

Tujuan saya selama 30 hari disini ini bukan hanya sekedar berlibur, tapi akan lebih menyenangkan jika saya dapat mempelajari budaya-budaya melayu secara langsung. Mungkin beberapa orang menganggap Bahasa melayu itu mirip dengan bahasa Indonesia dan mudah bagi kita untuk memahaminya. Namun, hal tersebut tidak saya rasakan, banyak bahasa-bahasa yang sulit dimengerti bahkan tidak pernah saya dengar sebelumnya.

India, Chinese, dan Melayu menjadi satu kesatuan disana, sehingga ragam Bahasa yang digunakan pun merupakan Bahasa campuran dari ketiga negara tersebut.

Hari itu saya berminat untuk mencari Nasi Lemak, dengan berjalan sekitar 2 menit dari rumah, ada lebih dari 3 kedai yang menjual nasi lemak dengan masing-masing perbedaan, satu dari banyak kedai yang mengalihkan mata saya yaitu kedai Nasi lemak dengan antrean panjang.

Sekitar 30 menit, akhirnya tiba giliran saya untuk memesan.
"makcik nak nasi lemak dengan hati lembu dibungkus"
(mau nasi lemak dengan hati lembu dibungkus).

"nak minum ape?"
(mau minum apa?)

"milo ada?"

"ada, milo suam?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline