Lihat ke Halaman Asli

Rm. B.A. Rukiyanto SJ

Dosen Universitas Sanata Dharma

Memaknai Misteri Allah Tritunggal

Diperbarui: 7 Juni 2020   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

saintjoan.org

Pada 7 Juni 2020 ini, seminggu setelah Hari Raya Pentakosta, umat Kristiani merayakan misteri Allah Tritunggal atau sering disebut Trinitas, yaitu Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus. Iman akan Allah Tritunggal ini terangkum di dalam Syahadat Para Rasul (Credo), ungkapan iman kepercayaan umat Kristiani.

Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Allah Tritunggal merupakan rumusan inti iman umat Kristiani. Di dalam Syahadat Para Rasul itu dirumuskan: "Aku percaya akan Allah, Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan akan Yesus Kristus, Putera-Nya yang tunggal Tuhan kita... Aku percaya akan Roh Kudus."

Iman akan Allah Tritunggal berakar di dalam Kitab Suci, baik Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru. Misalnya dalam Injil Matius, dikisahkan sebelum naik ke surga, Yesus mengutus para murid-Nya dengan bersabda, "Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:19-20). Maka semua orang Kristiani dibaptis dengan rumusan "Dalam nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin."

Umat Katolik menghayati iman akan Allah Tritunggal ini dengan selalu mengawali dan mengakhiri doa-doa dengan tanda salib sambil mengucapkan: "Demi nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, Amin."  Salam pembukaan di dalam Perayaan Ekaristi juga selalu bernada Trinitarian: "Semoga rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah dan persekutuan Roh Kudus selalu beserta kita." Doa-doa resmi kepada Allah Bapa selalu diakhiri dengan pernyataan "Demi Yesus Kristus, Putera-Mu Tuhan dan Pengantara kami yang bersama Dikau dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa." Ada juga rumusan doa singkat yang mengungkapkan iman itu: "Kemuliaan kepada Bapa, dan Putera dan Roh Kudus, seperti pada permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad. Amin."

Memaknai misteri Allah Tritunggal

Misteri Allah Tritunggal memang sulit untuk dipahami. Sudah ada banyak teolog yang mencoba menjelaskan panjang lebar pemahaman tentang Trinitas itu. Di sini saya akan berbagi bagaimana saya memaknai misteri Allah Tritunggal itu. Misteri Trinitas mengajak kita untuk menyadari Allah yang penuh kasih, yang senantiasa menyertai hidup manusia sejak awal sampai sekarang dan seterusnya nanti sampai akhir zaman. Maka kita perlu selalu mengarahkan hidup kita kepada Allah Tritunggal Mahakudus itu karena kita percaya bahwa Allah Tritunggal merupakan jaminan kebahagiaan sejati kita, jaminan hidup kekal yang akan dianugerahkan kepada kita ketika pada saatnya kita dipanggil Tuhan.

Bukti kasih Allah itu nyata dengan menciptakan alam semesta dan seisinya. Maka Allah dikenal sebagai Allah Pencipta. Ketika menciptakan alam semesta, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air dan Allah menciptakan dengan Firman (Kejadian 1:1-3). Firman itu tidak lain adalah Allah Putera (Yohanes 1:1-3). Dengan demikian sejak penciptaan sudah digambarkan oleh Kitab Suci bahwa Allah itu bersifat Trinitarian.

Manusia diciptakan secitra dan segambar dengan Allah sendiri (Kejadian 1:26), artinya dengan melihat manusia, kita sebetulnya melihat Allah sendiri. Manusia dikaruniai akal budi dan kebebasan agar dapat menggunakan akal budi dan kebebasannya itu untuk mengelola dan memelihara alam ciptaan ini. Namun sayangnya, manusia jatuh dalam dosa, menolak cinta kasih Allah itu, dan mengikuti kehendaknya sendiri, menyalahgunakan kebebasan yang diberikan Allah. Meskipun demikian Allah tetap mencintai manusia dan berupaya untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

Sejarah keselamatan dimulai dengan panggilan Abraham yang diberi janji Allah akan mempunyai keturunan sebanyak bintang di langit dan pasir di laut. Ketika bangsa Israel mengalami penindasan di Mesir, Allah menolong umat-Nya melalui Musa membebaskan mereka dari penindasan dan mengantar mereka ke Tanah Terjanji. Allah juga mengutus para nabi untuk mengingatkan umat-Nya ketika menjauh dari Tuhan.

Kasih dan karya keselamatan Allah itu memuncak dalam diri Yesus, Sang Immanuel, Allah yang menyertai manusia. Allah sendiri berkenan mengutus Putera-Nya ke dunia dan menjadi manusia dalam diri Yesus untuk memberikan teladan bagaimana hidup yang sejati itu perlu diperjuangkan. Yesus melalui seluruh hidupnya memberikan diri kepada umat manusia, memberi teladan bagaimana mengasihi orang lain, bahkan mengasihi musuh-musuh-Nya. Teladan dan pengorbanan Yesus memuncak dalam sengsara dan wafat-Nya di salib sebagai konsekuensi ketaatan-Nya melaksanakan kehendak Allah.

Kasih Allah berlanjut ketika Yesus sudah naik ke surga, dengan mengutus Roh Kudus untuk menguduskan, menyertai, menerangi dan menuntun manusia. Berkat kuasa dan rahmat Roh Kudus, manusia tetap dapat melaksanakan kehendak Allah yaitu mencintai Allah dan sesama melalui seluruh hidupnya. Roh Kudus mengarahkan hidup manusia sampai pada akhir zaman, ketika semua manusia kembali kepada Allah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline