Lihat ke Halaman Asli

Bernard T. Wahyu Wiryanta

Wildlife & Travel Photo Journalist

Pendakian Gunung di Era "New Normal"

Diperbarui: 5 Juni 2020   15:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana puncak Gunung Prau, Jawa Tengah di musim pendakian normal--Dokumentasi pribadi

SARS-CoV-2 nama resmi virus Corona yang menyebabkan Corona Viruses Disease (Covid-19) atau wabah virus Corona yang mulai merebak di akhir tahun 2019 membawa banyak perubahan di dunia. 

Beberapa negara yang sudah mulai pulih dari Covid-19 mulai menerapkan “new normal” yang mengubah tata kehidupan kita dalam bersosialisasi di semua segi kehidupan. Salah satu yang yang juga akan menerapkan “new normal” adalah dunia pendakian gunung.

Bernard T. Wahyu WiryantaWildlife Photo Journalist & Outdoor Activist

Sebelum ramai kegiatan luar ruang di era teknologi baru, setelah milenium (tahun 2000an), saya terbiasa mendaki gunung secara individu. 

Bukan “Solo Climbing”, karena di tengah perjalanan pasti bertemu dengan pendaki lain, walau tidak banyak. Tapi jumlah pendaki gunung yang saya temui masih bisa dihitung dengan jari tangan, tidak lebih dari semua jari di tangan dan kaki saya. 

Perlengkapan saya sederhana saja dan semua bisa masuk dalam ransel tempur milik TNI. Biasanya saya isi dengan pisau rimba, baju ganti satu setel, sarung, jacket, plastik bening lebar, makanan mateng, jeriken air, panci kecil dan korek api serta garam dan gula merah. Itu saja, simpel.

Setelah milenium yang dimulai sejak tahun 2000, lonjakan teknologi berkembang sangat pesat. Generasi saya beruntung masih mampu mengikuti perkembangan yang ada, tapi generasi orang tua dan kakek saya banyak yang kemudian gagap teknologi. Tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi yang ada. Zaman berubah. 

Dulu kami bersilaturahmi bisa setahun sekali dengan kartu pos, mengirim uang dengan wesel pos, membaca, dan mendengar berita di Jakarta atau luar negeri bisa delay beberapa hari atau beberapa minggu. 

Mengirim pesan penting yang harus segera disampaikan masih menggunakan telegram. Kode dengan kentongan yang dipukul dengan beberapa kode merupakan salah satu “broadcast message” di kampung waktu itu.

Namun zaman berubah, setelah tahun 2000 dunia tanpa gembar-gembor menerapkan “new normal”, kami bisa berbicara dan mengirim surat hanya hitungan detik dengan telepon genggam. 

Berita dari pelosok dunia bisa kita baca hanya dalam hitungan detik setelah kejadian. Semua sekarang bisa memberitakan apapun kemanapun dan kapan saja. Jarak dan waktu sudah tidak menjadi penghalang lagi. Begitu juga dengan kegiatan pendakian gunung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline