Lihat ke Halaman Asli

Terperangkap

Diperbarui: 25 Juni 2021   08:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Embun menjerap menusuk penglihatan
Entah sengaja atau terperangkap tak paham arti hidupnya
Menutupi semua kejadian-kejadian ngeri untuk menerpa raga bersembab merintih
Lahan perlahan, laju terkejar bayang diri
Meniti lintas demi keselamatan sang pengerti

Dahi berkerut semakin lusuh
Keringat semakin gemar bermain pada sekujur tubuh
Jarak pandang bagai elang meniti mangsanya
Kelihaian otot jari bergumam menanti peregangan
Harus siap siaga demi pedal yang memberontak diatur pawangnya

Eluh menetes di tengah ujung jari yang mati rasa
Semut juga berdatang merayap terlilit logam
Perubahan sedikit menentukan hidup dan mati
Kala eraman berdengung mengelilingi daun telinga
Saat itu pula hawa menusuk kulit tak karuan
Berharap datang seorang pahlawan menuntun hingga cahaya terang berdentum

Langit menghitam tanpa bintang satu pun
Terasa seperti ada mata-mata yang siap menerkam kapan saja
Gesekan ranting seakan-akan mengisyaratkan dia tak akan tiba
Sungguh jalan yang terjal
Menipu penikmat berkelana menyusuri pepohonan rindang
Detik ini juga, aku
Terperangkap dalam dunia mimpi tak beraga




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline