Lihat ke Halaman Asli

"Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat". Sebuah Refleksi Sinodalitas Bangsa Indonesia

Diperbarui: 13 Agustus 2022   21:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Juli 2022, kementrian Sekretaris negara mengeluarkan tema dan logo HUT ke-77 kemerdekaan RI. adapun tema yang diangkat adalah "Pulih Lebih Cepat, Bangkit lebih Kuat". Tentu, tema ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia dalam masa pemulihan dari Covid-19.

Tema HUT ke-77 RI yang diusung menggambarkan semua elemen Bangsa Indonesia bergerak bersama dan bergotong royong untuk mewujudkan harapan di Tengah keterpurukan. 

Kinerja dari pemerintah dan gerakan dari masyarakat bersinergi bersama untuk mencapai percepatan pemulihan kondisi di semua sektor. Tema ini diususng dengan melihat kecemasan sosial hingga tekanan ekonomi yang berat, yang dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia.

Indonesia tentu telah melalui pelbagai macam peristiwa yang mewarnai Indonesia. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, pada dasarnya, melalui tema ini, bangsa Indonesia diajak untuk bersama-sama berefleksi mengenai sebuah perjalanan bangsa. Citra ini selaras dengan sebuah negara yang sinodal, dengan sebuah tujuan yang nyata dan konkret.

Persatuan

Kemendagri mencatat bahwa Indonesia memiliki 273 Juta penduduk, terbentang dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote. Kita terlahir dalam sebuah komunitas terluas ke-4 di Dunia, yang diberi nama 'Bangsa Indonesia'. Kita semua memiliki kesamaan nasib dan latar belakang sebagai sebuah bangsa. Hal seperti ini diangkat dalam makna logo HUT ke-77 Kemerdekaan RI

[1]

 

Dalam logo HUT ke-77 RI, kita dapat melihat sebuah siluet angka 1. Siluet itu bermakna persatuan bangsa Indonesia dan semangat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia yang besar, kuat dan bersatu. Ada satu kata yang patut kita garisbawahi yakni: Persatuan, seperti halnya sila ke-3 dalam Pancasila 'Persatuan Indonesia'.

Menumbuhkan rasa persatuan tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Kita membutuhkan proses dan waktu yang lama, bahkan proses persatuan itu terasa sangat perih. 

Telah banyak peristiwa yang mencoreng nilai kesatuan dan persatuan bangsa. Mungkin, hal yang sulit untuk dibangun adalah menerima kelemahan diri sendiri dan sikap ego untuk menyerang kelemahan orang lain. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline